Menteri Keuangan Chatib Basri menyatakan, hal ini karena harga beras terus naik tiap tahunnya. Sehingga solusinya pemerintah harus menambah anggaran beras raskin setiap tahun.
"Itu karena kenaikan harga beras, jadi naik juga anggaran," ujar Chatib seperti dikutip, Jumat (11/4/2014).
Pada 2011, anggaran raskin ditetapkan Rp 15,27 triliun dengan jumlah 15 kg/bulan selama 12 kali. Rumah Tangga Sasaran (RTS) yang dituju adalah sebesar 17,4 juta atau 25% dari jumlah penduduk dengan ekonomi terendah di Indonesia.
Kemudian 2012, anggarannya naik tipis menjadi Rp 15,70 triliun dengan volume penyaluran beras dan sasaran RTS yang sama dari tahun sebelumnya.
Sementara pada 2013, anggaran raskin naik lagi menjadi Rp 17,1 triliun. Padahal RTS yang dituju sudah berkurang menjadi 15,5 juta. Pertengahan tahun 2013, pemerintah kembali menambah anggaran raskin menjadi Rp 21,4 triliun. Karena mitigasi dari kenaikan harga BBM bersubsisidi.
Memasuki 2014, anggaran raskin mencapai Rp 18,8 triliun. Angka tersebut naik bila dibandingkan tahun sebelumnya dengan tujuan 15,5 juta RTS dan volume penyaluran beras 15 kg/RTS/bulan selama 12 kali.
Direktur Jenderal Anggaran Kementerian Keuangan Askolani menambahkan, penghitungan tersebut berdasarkan dari asumsi harga dari Perum Bulog. Kemudian juga ditambahkan dengan biaya penyaluran dan komponen lainnya.
"Jadi ada asumsi harga beras dan juga biaya-biaya komponen lain terus juga managemennya," kata Askolani.
Ia menuturkan, anggaran tersebut kedepannya diperkirakan juga akan naik terus. Seiring dengan kenaikan harga beras. "Biasanya harga pokok pembelian beras bulog itu dimungkinkan naik. dan itu naiknya nggak banyak," terangnya.
(mkl/rrd)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
