Pasar Anjlok dan Rupiah Loyo Usai Pemilu, Ini Komentar BI

Jakarta -Bank Indonesia (BI) menilai merosotnya pasar keuangan seperti Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah usai Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif bukan merupakan hal yang luar biasa. Hal tersebut tidak perlu dikhawatirkan.

Demikian diungkapkan Deputi Gubernur Senior (DGS) BI Mirza Adityaswara saat ditemui di Gedung BI, Thamrin, Jakarta, Jumat (11/4/2014).


"Namanya juga pasar keuangan kalau menguat sedikit melemah sedikit hal yang biasa. Kemarin sebelum pemilu menguat, setelah pemilu profit taking, menurut saya nggak ada yang luar biasa dan tidak perlu dikhawatirkan," ujar Mirza.


Dia menjelaskan, hal yang paling penting adalah bagaimana menjaga fundamental perekonomian Indonesia agar tetap terjaga dengan baik.


"Yang penting angka-angka fundamental ekonomi kita cukup baik, neraca perdagangan Februari surplus, Maret mudah-mudahan surplus, inflasi April biasanya turun karena musim panen biasanya terjaga dengan baik jadi sebenarnya nggak perlu dikhawatirkan, rupiah menguat dan melemah sedikit hal yang biasa," terangnya.


Mirza mengungkapkan, para pelaku pasar saat ini masih menunggu kepastian soal siapa partai koalisi yang bakal mendampingi partai unggulan.


"Pasar keuangan bergerak berdasarkan ekspektasi. Sebelum pemilu naik setelah pemilu lihat hasilnya jadi jual dulu. Nanti setelah 9 Juli sudah lebih jelas, kemudian mereka mencerna. Kita sudah reformasi sejak 1999,2004,2009 dan terus berlanjut," tuturnya.


"Jadi, pasar keuangan melihat apakah reformasi akan berlanjut atau dipercepat, itu yang membuat mereka antusias, nanti mereka mencerna koalisi gimana, hal yang biasa. Yang perlu khawatir itu kalau angka-angka rasionya tidak baik. Tapi kalau pemilu sudah teruji ada fluktuasi itu biasa," pungkas Mantan Kepala LPS ini.


(drk/dru)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!