Jokowi Tak Aman, Ekonom Takut Pemerintahan Baru Berjalan Lamban

Jakarta -Pasar langsung merespon negatif usai pengumuman hasil hitung cepat atau quick count Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif kemarin. Tak ada pemenang mayoritas dalam pemilu tersebut. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dan rupiah merosot menanggapi hal itu.

Ekonom Standard Chartered Fauzi Ichsan punya tanggapan soal kondisi market saat ini. Menurutnya, ekspektasi pasar terhadap perolehan suara partai yang mengusung Joko Widodo menjadi Calon Presiden 2014 yaitu PDIP meleset dari harapan.


"Survei menunjukkan popularitas Jokowi di atas 30% bahkan ada yang di atas 40%. Sehingga PDIP menargetkan bisa memperoleh suara 25-27% di Pileg, tapi ternyata meleset hanya dapat 19% saja, artinya ini harus ada koalisi," terang Fauzi saat dihubungi detikFinance di Jakarta, Kamis (10/4/2014).


Dia menjelaskan, dengan tidak tercapainya perolehan suara mayoritas, otomatis perlu adanya koalisi dengan menggandeng partai lain untuk bisa menghantarkan Jokowi menjadi orang nomor satu di republik ini.


Namun, pemerintahan hasil koalisi ini dikhawatirkan akan berdampak pada hasil kebijakan yang akan dibentuk pemerintahan mendatang.


"Dengan pemerintahan koalisi ini dikhawatirkan pemerintah yang akan datang pergerakannya akan lamban seperti pemerintahan saat ini. Kalau banyak koalisi akan banyak kebijakan, ini tidak efektif," terang dia.


Lebih jauh Fauzi menjelaskan, kalau pun harus koalisi, partai yang diusung harus sesuai dengan visi misi PDIP. Setidaknya, partai-partai sekuler diharapkan bisa ikut mendampingi Jokowi maju sebagai capres di tahun ini.


"Tapi kalau pun harus koalisi, harus melihat dengan siapa dan dari partai mana. Kemungkinan bisa dengan partai sekuler seperti Gerindra, Golkar, Hanura, PKB walaupun latar belakangnya agama tapi dia lebih sekuler, tapi dengan Demokrat sepertinya agak sulit," kata dia.


Namun, hal ini juga belum bisa menjadi hal yang pasti. Pasalnya, setiap partai tentu memiliki kepentingan masing-masing dalam pemerintahan.


"Ini masih tidak pasti. Pergerakan IHSG bisa lebih terpuruk dari rupiah. Soalnya investor berasumsi jika PDIP bisa mayoritas. Tapi euforia pemilu hanya temporer saja. Asing juga pro ke Jokowi, media nasional dan internasional juga pro Jokowi. Akhir tahun IHSG masih bisa di kisaran 5.200-5.300," tutupnya.


(drk/dru)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!