RI Impor BBM Banyak Lewat Kartel Minyak

Jakarta -Indonesia sampai saat ini masih ketergantungan pada impor Bahan Bakar Minyak (BBM) dan minyak mentah dari negara lain. Apalagi impor BBM banyak melalui kartel-kartel minyak.

"BBM itu di pasar dikuasai para kartel minyak. Kartel tersebut adalah para pebisnis minyak di seluruh dunia," kata Direktur Pembinaan Program Migas Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) Kementerian ESDM Naryanto Wagimin, dalam pesan singkatnya kepada detikFinance, Rabu (9/4/2014).


Pada Februari 2014 Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, Indonesia mengimpor BBM sebanyak 1,6 juta ton dengan nominal US$ 1,13 miliar, yang terbanyak dari Singapura.


Tidak hanya BBM saja, Indonesia juga pada bulan itu tercatat mengimpor avtur yang merupakan bahan bakar pesawat dengan jumlah 58,4 ribu ton dan nominal US$ 65,6 juta. Ini tidak banyak berbeda dibandingkan Januari 2014.


Naryanto mengatakan, Indonesia terpaksa banyak membeli BBM dan minyak mentah dari para kartel, pasalnya jika beli langsung ke produsen minyak sangat sulit, karena harus membutuhkan kerjasama antara dua negara.


"Kita susah beli minyak lewat suatu negara (produsen), kecuali di payungi G to G (government to government). Kalau lewat B to B (business to business) mesti lewat kartel," katanya.


Sebelumnya, Wakil Menteri ESDM Susilo Siswoutomo pernah menyebut, Indonesia mengimpor BBM mencapai 500.000-600.000 per hari dan impor minyak mentah 350.000 barel per hari.


Dibutuhkan uang dolar US$ 120 juta atau Rp 1,2 triliun (US$ 1= Rp 10.000) per hari untuk mengimpor BBM dan minyak mentah tersebut.


(rrd/rrd)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!