Menerka Kebijakan Ekonomi Para Capres

Jakarta -Pemilihan Umum (Pemilu) Legislatif menjadi awal untuk tahapan pesta demokrasi yang selanjutnya, yaitu Pemilihan Umum Presiden. Hasil di pemilu ini akan menentukan siapa saja kira-kira yang akan maju sebagai presiden. Kira-kira apa saja inti kebijakan ekonomi dari para calon tersebut?

Ahmad Erani Yustika, guru besar ekonomi Universitas Brawijaya, mengatakan sebelumnya banyak yang memperkirakan PDI Perjuangan akan menang mutlak dalam Pileg. Namun berdasarkan hasil hitung cepat (quick count) sejumlah lembaga, partai Moncong Putih hanya memperoleh sekitar 19 persen suara, tidak memadai untuk mengajukan calon presiden-wakil presiden sendiri.


PDI-P sudah menentukan calon presiden mereka yaitu Joko Widodo. Sosok Jokowi, sapaan akrabnya, merupakan calon presiden yang sudah diekspetasikan oleh pelaku pasar.


“Semula banyak yang memperkirakan PDI-P menang besar sehingga langkah Jokowi akan lebih mudah. Namun melihat hasil quick count, sepertinya peluang Jokowi tidak mudah karena persaingan bakal ketat,” kata Erani.


Menurut Erani, selain Jokowi akan ada calon kuat lainnya yaitu dari Aburizal Bakrie (Partai Golkar) dan Prabowo Subianto (Partai Gerindra). Dalam berbagai hasil quick count, Golkar dan Gerindra masing-masing menempati posisi dua dan tiga di bawah PDI-P.


Erani mencoba memperkirakan inti dari kebijakan ekonomi ketiga calon presiden tersebut. Untuk Jokowi, dia menilai akan ada perubahan tetapi hanya dalam level moderat.


“Figur Jokowi adalah yang ingin perubahan, tetapi moderat. Contohnya dalam hal pertambangan, opsi nasionalisasi mungkin tidak akan dipilih,” tutur Erani.Next


(hds/DES)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!