BlackBerry Pilih Malaysia dan Samsung ke Vietnam, Ada Apa dengan RI?

Jakarta -Produsen telepon seluler (ponsel) asal Korea Selatan (Korsel), Samsung mendirikan pabriknya di Vietnam dalam waktu dekat. Peristiwa ini mengulang kasus produsen BlackBerry beberapa tahun lalu yang memutuskan meng-outsource produksi BlackBerry di Penang, Malaysia daripada di Indonesia.

Indonesia harus gigit jari tak sukses menarik investor kelas kakap tersebut ke dalam negeri. Apa yang menjadi masalah di Indonesia, sehingga para pabrikan IT dunia tak tertarik masuk?


Wakil Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Bidang Perindustrian, Riset & Teknologi Bambang Sujagad mengatakan ada beberapa faktor yang menyebabkan Indonesia tak dilirik investor bidang IT.


Pertama, soal insentif fiskal yang relatif kurang menarik dibandingkan negara-negara tetangga lainnya seperti Vietnam. Misalnya penghapusan pajak penghasilan (PPh) atau tax holiday bisa mencapai 30 tahun, di Indonesia hanya 10 tahun.


Insentif fiskal lainnya yaitu bea masuk yang meringankan para pabrikan untuk bisa memproduksi barang di Vietnam. "Tarif bea masuk impor mereka (Vietnam) khusus bahan baku itu sudah 0% sehingga daya saing mereka sangat tinggi," ungkap Bambang kepada detikFinance, Jumat (30/05/2014).


Indonesia masih memberlakukan tarif bea masuk bahan baku komponen elektronika sebesar 5%-7,5%. Pembebasan bea masuk impor bahan baku yang dilakukan pemerintah Vietnam, juga telah menarik pihak Samsung.


"Justru kalau Indonesia tarif bea masuk dibebaskan pada produk yang sudah jadi. Misalnya pengusaha di Vietnam dengan kebijakan itu (pembebasan tarif bea masuk impor) mudah mendatangkan bahan baku terutama dari Tiongkok," imbuhnya.Next


(wij/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!