Sudah Waktunya RI Pakai Pembangkit Listrik Nuklir? Ini Kata Bos PLN

Jakarta -Meskipun rasio elektrifikasi di Indonesia sudah 80%, yang berarti 80% penduduk Indonesia sudah teraliri listrik, namun kondisi kelistrikan belum stabil karena pasokan pas-pasan. Apakah pembangkit listrik tenaga nuklir (PLTN) bisa jadi jalan keluar?

Direktur Utama PLN Nur Pamudji mengatakan, teknologi PLTN memang sudah sangat berkembang di sejumlah negara saat ini. Tapi untuk Indonesia, menurut Nur, bila ingin mengembangkan PLTN tidak boleh tanggung-tanggung.


"Kalau mau kembangkan nuklir jangan tanggung-tanggung, kembangkan juga bahan bakarnya, agar ada ketahanan energinya," ujar Nur saat ditemui di Hotel Ambhara, Jakarta, Rabu lalu (28/5/2014).


Dia mengatakan, bila bahan bakar nuklir tidak dikembangkan, maka Indonesia harus impor. Kondisi ini membuat ketahanan energi listrik rentan. Sebab, bila listrik Indonesia makin bergantung kepada nuklir dan pasokan bahan bakarnya tersendat, bakal muncul masalah baru.


"Jadi bahan bakar harus aman. Makanya saat ini pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) aman, karena Indonesia punya batubara," jelas Nur.


Nuklir memang bagaikan dua sisi mata uang. Di satu sisi nuklir mengandung sisi negatif, sebagai bahan pembuat senjata pemusnah massal. Dunia menjadi saksi bagaimana dua kota di Jepang, Hiroshima dan Nagasaki, luluh lantak akibat hantaman senjata nuklir Amerika Serikat pada Perang Dunia II.


Namun di sisi lain, nuklir bisa menjadi penyelamat kehidupan manusia. Nuklir merupakan salah satu sumber energi yang bisa dimanfaatkan untuk pembangkit listrik. Di tengah ancaman semakin menipisnya sumber energi fosil, nuklir adalah alternatif.Next


(dnl/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!