Jawa Terancam Krisis Listrik 2018, Ini Tanggapan Kubu Jokowi dan Prabowo

Jakarta -Kondisi kelistrikan di Jawa saat ini masih aman, dengan beban puncak 23 ribu megawatt (MW) dan pasokan 31 ribu MW. Namun 4-5 tahun ke depan beban puncak akan naik, dan bahaya bila tidak ada tambahan pasokan listrik baru.

Proyek pembangkit listrik tenaga uap (PLTU) Batang di Jawa Tengah berkapasitas 2 x 1.000 MW molor karena pembebasan tanah, dan paling cepat selesai 4 tahun lagi.


Apa tanggapan kubu Jokowi dan Prabowo soal hal ini?


"Salah satu yang membuat PLN krisis listrik adalah bahan baku untuk produksi listriknya mahal yaitu BBM. Karena itu kita akan geser bahan mentah dari BBM ke gas dan energi terbaharukan yang melimpah di Indonesia, terutama yang berbasis biomassa," kata tim sukses Prabowo-Hatta, Dradjad Wibowo di diskusi 'Polemik: Masalah Energi Nasional', di Warung Daun, Cikini, Jakarta, Sabtu (31/05/2014).


Selain menggeser bahan baku pembangkit listrik dari BBM atau batubara ke gas, Dradjad menambahkan, secara umum Prabowo-Hatta punya konsep cerdas untuk meminimalisir krisis listrik di Indonesia. Salah satunya adalah dengan membuat pembangkit listrik kecil (minihidro) di desa-desa. Untuk itu, di dalam program kerja Prabowo-Hatta ada dana alokasi khusus kepada masing-masing desa yang disalurkan sebesar Rp 1 miliar/tahun.


Di sisi yang lain, Prabowo-Hatta juga berkomitmen membangun pembangkit listrik dengan kapasitas daya produksi listrik yang cukup besar. Sehingga ditargetkan tahun 2019 mendatang 100% wilayah Indonesia sudah teraliri listrik.


"Lalu kita buat cluster produksi listrik di pedesaan dan mikrohidro kita siapkan sehingga beban tidak numpuk di PLN. Kami sebutkan kita akan tingkatkan minihidro di desa terpencil dan kita beri dana Rp 1 miliar/tahun, dan diprioritaskan untuk 8 program salah satunya untuk listrik desa. Jadi kita akan monitor, desa mencari listrik. Cakupan listrik 100% akan terjadi di tahun 2019. Target pembangunan pembangkit listrk baru juga ada," tuturnya.


Sama dengan Prabowo-Hatta, kubu Jokowi-JK juga akan memaksimalkan gas sebagai bahan baku produksi listrik di dalam negeri. Tim sukses Jokowi, Darmawan Prasojo menjelaskan, gas adalah bahan baku yang paling efisien dengan kapasitas produksi listrik yang lebih tinggi.


"Kita ubah ke kekuatan dalam negeri baik itu batubara, natural gas, hidro dan panas bumi. Ongkos produksi listrik pakai BBM 1 kwh Rp 3.000, geothermal Rp 1.000/kwh. Kalau pakai batu bara Rp 500-600/kwh, gas hanya Rp 700-800/Kwh. Tetapi efisiensi dari batubara ke listrik hanya 31% seharusnya 42%," sebutnya.


(wij/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!