"Sangat disayangkan padahal Indonesia punya pasar jauh lebih besar dibandingkan pasar di negara ASEAN lainnya," tutur Director Marketing and Communication PT Erajaya Swasembada Tbk (ERAA) Djatmiko Wardoyo kepada detikFinance, Jumat (30/05/2014).
Ia menuturkan, selain faktor pasar, investor tentunya mempertimbangkan aspek lainnya, misalnya dukungan insentif dari pemerintah, iklim tenaga kerja dan tingkat upah. Dari faktor di luar soal pasar, Vietnam dipilih karena jauh lebih berdaya saing daripada Indonesia. Produsen elektronika asal Korsel itu rela merogoh uang triliunan rupiah untuk pabrik baru di Vietnam.
Djatmiko mengatakan tingkat persaingan penjualan produk ponsel di tanah air masih cukup tinggi. Namun dari 14 merek telepon seluler yang beredar di dalam negeri, Samsung masih memimpin sebagai produk yang cukup dikenal masyarakat.
"Kalau dari penjualan, membandingkannya susah karena kita pegang 14 merek. Tetapi secara garis besar berdasarkan skala industri, variasi produk Samsung cukup bagus sehingga perdagangannya terus naik," imbuhnya.
Menurutnya produk-produk ponsel Samsung punya beberapa keunggulan. Selain teknologi Samsung yang jauh lebih tinggi, Samsung juga punya keunggulan non teknis lainnya, sehingga penjualan produk ponsel Samsung di dalam negeri trennya terus naik.
"Dilihat skala industri, Samsung masih menjadi leading brand di tanah air. Samsung lebih pada inovasinya yang sangat agresif dan marketing strateginya juga cukup baik. Kemudian orang Indonesia sangat suka pada brand yang sangat bagus. Orang Indonsia peduli brand. Sekarang grade Samsung sudah di atas," jelasnya.
(wij/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
