Ketua Umum Asosiasi Agribisnis Cabai Indonesia (AACI) Dadi Sudiyana mengungkapkan seharusnya harga yang wajar bagi petani cabai untuk bisa mendapatkan keuntungan adalah Rp 8.000/kg. Biaya produksi cabai rawit merah saat ini sudah mencapai Rp 6.000/kg.
"BEP (Break Even Point/balik modal) Rp 6.000/kg petani belum mendapatkan untung. Harga yang wajar adalah Rp 8.000/kg," kata Dadi kepada detikFinance, Senin (30/06/2014).
Dadi menambahkan meski harga cabai rawit merah sering mengalami fluktuasi (naik-turun) harga, namun para petani tetap memilih untuk menanam salah satu komoditas hortikultura ini. Tetapi biasanya petani menurunkan produksi cabai untuk mensiasati gejolak anjloknya harga di tingkat petani.
"Jelas posisi tawar harga di tingkat petani ini berkurang tetapi petani nggak kapok untuk menanam. Hanya mungkin mereka kurangi produksi," katanya.
Ia juga meminta Kementerian Pertanian (Kementan) agar menyediakan bibit yang murah dengan kemampuan produksi yang tinggi, bagi para petani cabai. Selain itu, Kementan juga diminta untuk memberikan program pendampingan kepada para petani cabai.
Secara terpisah, Ketua Dewan Hortikultura Nasional Benny Kusbini mengatakan ada 25.000 petani cabai rawit di Indonesia yang kondisinya saat ini susah. Hal ini terjadi karena petani merugi akibat tidak bisa menutupi biaya produksi yang disebabkan posisi harga tawar cabai rawit yang tidak wajar karena pasokan berlebih.
"25.000 petani cabai banyak yang rugi dan mereka banyak yang menangis," katanya.
(wij/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!