Pada awalnya, BUMN yang bergerak di bidang usaha investasi dan operator tol tersebut sempat menolak proyek yang bakal menelan Rp 20 triliun tersebut. Sempat ada kekhawatiran jalur kereta ekspres tersebut menurunkan volume lintasan kendaraan roda empat yang melintas tol.
"Jasa Marga menolak waktu itu, setelah kita jelaskan bahwa dia menambah fungsi. Kalau tol lancar kan lebih banyak volume yang bisa lewat. Ada sebagian berpindah ke kereta api, kalau macet kan nggak. Itu akan menguntungkan bagi Jasa marga," kata Direktur Lalu Lintas dan Angkatan Kereta Api Direktorat Jenderal Perkeretaapian Kemenhub Hanggoro Budi Wiryawan, Rabu (4/6/2014).
Menurutnya penolakan Jasa Marga pada waktu itu sangat logis karena mereka khawatir potensi pendapatan mereka berkurang. Namun pihaknya mencoba memberikan alasan yang kuat soal keberadaan jalur kereta ekspres yang bersanding dengan jalur tol bandara justru akan berdampak positif.
"Karena masuk tol dalam kota kondisinya sudah tak bisa diharapkan lagi. Bingung mau lewat mana lagi," katanya.
Ia menegaskan dengan adanya proyek kereta ekspres bandara dan KRL bandara oleh PT KAI, termasuk jalur tol yang sekarang sudah ada akan memberikan banyak pilihan bagi masyarakat di Jabodetabek yang akan menuju Bandara Soetta atau Bandara Halim.
"Pasti persaingan tapi kita memberikan pilihan bagi masyarakat, silakan memilih. Kepentingannya beda-beda. Trasenya beda-beda juga," katanya.Next
(zul/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
