Ekonom Ini Berdoa Pemerintah Naikkan Harga BBM Masa Jabatan Berakhir

Jakarta -Anggaran subsidi BBM dalam APBN terus membengkak, tahun ini saja mencapai Rp 246 triliun lebih. Pemerintahan yang dipimpin Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) diharapkan berani menaikkan harga BBM subsidi sebelum masa jabatan berakhir.

Pengamat Ekonomi Faisal Basri mengatakan, beban anggaran negara saat ini makin berat, karena adanya subsidi BBM tersebut. Ruang gerak pemerintah lewat APBN semakin sempit untuk mendorong ekonomi.


"Akibat 3 kali (harga BBM subsidi) diturunkan, anggaran subsidi saat ini tidak bisa dikendalikan. Beban negara ini makin berat dan ujung-ujungnya presiden selanjutnya lah yang menanggung beban itu. Saya berdoa semoga Pak SBY menaikkan harga BBM subsidi sebelum masa jabatannya berakhir, karena sebagai bentuk penebusan dosa karena telah menurunkan harga BBM subsidi di tengah produksi minyak nasional terus turun, di tengah anggaran subsidi BBM masih tinggi," kata Faisal saat ditemui di Hotel Sahid, Jakarta, Rabu malam (2/7/2014).


Faisal menyatakan, dirinya menyesalkan pemerintah sempat menurunkan harga BBM subsidi 3 kali. Karena akibat kebijakan tersebut, tiap tahun anggaran subsidi BBM naik, karena harganya yang terbilang murah.


"Kesalahan terbesar pemerintahan ini adalah karena Pak SBY (Susilo Bambang Yudhoyono) menurunkan harga BBM subsidi sebanyak 3 kali. itu kesalahan," kata Faisal.


Dia mengungkapkan, Presiden SBY menurunkan harga BBM subsidi dua kali pada bulan Desember 2008 dan Januari pada 2009.


Ia menerangkan, penurunan harga BBM subsidi sebanyak 3 kali merupakan langkah keliru, karena saat itu anggaran subsidi BBM sudah tinggi. Menurunkan harga BBM itu benar kalau tidak ada anggaran subsidi.


(rrd/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!