Ini Penyebab Harga Bioavtur Lebih Mahal daripada Avtur

Jakarta -Mulai 2016 setiap liter avtur harus dicampur 2% bahan bakar nabati (BBN) atau bioavtur. Tetapi, dengan bioavtur harga bahan bakar pesawat tersebut lebih mahal daripada avtur.

"Kita juga berusaha di sisi hulunya baik di sisi produksi dan proses itu kita kurangi harganya. Di sisi prosesnya sendiri 70-80% dari harga CPO (crude palm oil). Kalau naik harga CPO berarti harga bioavturnya juga naik. Kalau turun kita bisa jual dengan harga yang lebih murah daripada avtur," kata Vice President Corporate Strategic Planning PT Pertamina (Persero) Heru Setiawan saat ditemui detikFinance di Kantor Kementerian Perhubungan, Jakarta, Selasa (26/08/2014).


Heru menambahkan, di seluruh dunia memang hampir sebagian besar produk BBM yang bisa berbasis terbarukan termasuk BBN seperti sawit itu lebih mahal dari konvensional.


"Tapi dengan kewajiban campuran BBN hanya 2% tidak terlalu membebani bagi maskapai penerbangan maupun penumpang sebagai end user. Tergantung dari harga fix stock dan harga CPO," imbuhnya.


Ia merinci, jika harga avtur saat ini bergerak di angka rata-rata Rp 12.000/liter-Rp 15.000/liter, sementara harga CPO lebih mahal daripada harga BBM, maka harga bioavtur lebi dari Rp 15.000 per liter. Hal tersebut tentunya akan membebani maskapai penerbangan.


"Biaya operasional maskapai 30%-40% untuk bahan bakar. Kalau harga CPO naik maka harga bioavtur bisa lebih mahal 20%-30% daripada harga avtur biasa. Tapi kalau tata niaga ekspor CPO bagus, industri akan efisien dan harga lebih murah daripada avtur," jelasnya.


(wij/rrd)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!