Bank-bank yang memberikan bunga deposito tinggi ini adalah bank-bank besar. Salah satu alasannya adalah, banyak individu dan perusahaan di Indonesia yang memilih menyimpan uangnya di bank-bank Singapura.
"Pertama, likuiditas kita ketat karena banyak uang dari individu dan perusahaan Indonesia yang tidak ada di sistem perbankan Indonesia, tapi ada di sistem perbankan Singapura," kata Direktur Utama PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) Budi Gunadi Sadikin di kantor Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Jalan Thamrin, Jakarta, Senin (22/9/2014).
Hari ini, setidaknya ada 18 bank, baik swasta maupun BUMN yang diundang OJK di Gedung Radius Prawiro, Komplek Bank Indonesia (BI)
Pada kesempatan itu, Budi juga mengusulkan, untuk mengantisipasi ketatnya likuiditas di perbankan, perlu dibuat tabungan nasional agar semua masyarakat masuk dalam sistem perbankan. Ini bisa mendorong banyaknya dana masyarakat masuk ke perbankan.
"Masih banyak orang-orang Indonesia yang belum masuk sistem perbankan. Perlu bikin program Tabanas (tabungan pembangunan nasional) kayak Pak Harto. Inclusion agar orang-orang masuk ke sistem perbankan sehingga bisa dipakai. Ketiga, capital market harus lebih dikembangkan supaya pinjaman tak hanya dari bank saja," ujar Budi.
Menurutnya, perbankan nasional perlu mendukung kebijakan OJK untuk bisa menurunkan suku bunga deposito. Ini agar tidak terjadi persaingan perang suku bunga deposito.
"Bagaimana bank-bank bisa membantu OJK, agar kondisi likuiditas yang sekarang bisa kita jaga baik-baik, supaya nggak ada apa-apa yang terjadi terutama pada masa transisi ini," terang Budi.
Budi menegaskan, perbankan diminta untuk menjaga likuiditas yang aman di masa-masa transisi pemerintahan, sehingga perekonomian berjalan lancar.
"Bagaimana perbankan yang besar-besar bisa jaga pada masa-masa transisi seperti ini. Likuiditasnya terjaga. Ekonomi bisa jalan lancar," tandasnya.
(drk/dnl)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
