"Kalau MOPS (Mean of Plats Singapore) rata-rata sekarang 1 bulan terakhir itu US$ 69,1 per barel. Harga dasar BBM-nya Rp 6.438/liter ditambah margin SPBU, distribusi, penyimpanan dan lainnya termasuk pajak jadi Rp 7.404/liter. Lalu disubsidi Rp 1.000/liter, artinya harganya Rp 6.400/liter, itu sudah pas harganya segitu," ucap Direktur Pemasaran Pertamina Ahmad Bambang di Gedung DPR, Senayan, Selasa (3/2/2015).
Bambang menjelaskan, bila sekarang DPR mendesak pemerintah penurunan harga solar menjadi Rp 6.400/liter dengan asumsi alpha dinaikkan jadi Rp 1.000/liter, harganya tidak jauh beda.
"Kan alphanya naik dari Rp 734/liter jadi Rp 1.000/liter, tambahan Rp 300-an/liter itu berasal dari value of stock BBM 22 hari yang disediakan Pertamina, sama saja sebenarnya," katanya.
"Kalau pun harganya didesak turun tanggal 7 Februari 2015 nanti, kalau dihitung harga rata-rata MOPS satu bulan sebelum tanggal 5 Februari, itu jatuhnya harga solar Rp 6.200/liter. Sijual Rp 6.200/liter itu saja sudah sesak, apalagi di bawah itu, sudah pasti rugi," kata Bambang.
Ia mengharapkan agar DPR dan pemerintah melihat kondisi Pertamina selama ini, yang sejak 2009-2014 selalu merugi mendistribusikan BBM subsidi.
"Tahun lalu kita saja rugi Rp 3,94 triliun dari distribusi BBM subsidi. Masa digencet terus, PLN saja dapat insentif 7% kok, BUMN lain dapat suntikan dana kok, kita Pertamina sekarang ini berharap yang penting tidak rugi saja, nggak usah bicara untung, itu saja sudah syukur," tutup Bambang.
(rrd/dnl)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com