Sebaliknya, konsumsi bahan bakar minyak (BBM) meroket, dari hanya 396.000 barel per hari di 1980, menjadi lebih dari 1,6 juta barel di 2014, atau naik 4 kali lipat.
Kegiatan trading minyak mentah dan BBM menjadi lebih dominan dan akan kian dominan, ketimbang kegiatan produksi.
Ketua Tim Reformasi Tata Kelola Migas Faisal Basri memperkirakan, produksi minyak Indonesia akan bisa mencapai 1,6 juta barel per hari seperti di 1981. Tapi 5 tahun lagi.
"Targetnya bisa 1,6 juta barel per hari, 5 tahun ke depan, kapasitasnya meningkat," ujar Faisal di acara Market Outlook 2015 yang diselenggarakan Panin Asset Management, di Hotel Ritz Carlton Pacific Place, Jakarta, Selasa (3/2/2015).
Dia menjelaskan, Indonesia harus bisa lebih produktif menggenjot minyak agar tak tergantung impor. Tiongkok saja saat ini mampu memproduksi minyak hingga 2 juta barel per hari.
"Indonesia masih kalah dibanding China, dia keren produksi minyak dan gas 2 juta barel per hari, jadi kuncinya bagaimana menumbuhkan sumur-sumur baru," terang dia.
Melalui pembangunan sumur-sumur baru atau kilang minyak, Faisal mengatakan, produksi minyak akan bisa ditingkatkan.
Saat ini, dia menyebutkan, cadangan minyak di Indonesia terus merosot, sementara kilang minyak umurnya sudah tua.
"Cadangan minyak turun terus 3,7 miliar barel, itu yang terbukti (proven). Usia kilang sudah pada tua, ada di bawah tahun 1971, 1982," pungkasnya.
(drk/dnl)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com