Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Institut Pertanian Bogor (IPB) Yony Kusmaryono menegaskan adanya kesan atau citra yang buruk terhadap profesi petani di mata generasi muda. Hal ini menyebabkan generasi muda yang masuk usia kerja, enggan bergelut di sektor pertanian.
"Citra petani di anak muda itu sangat jelek. Mereka menganggap bahwa petani itu kumuh, kotor, miskin," ujar Yony dalam diskusi di Kantor Kementerian Pertanian, Jakarta, Selasa (24/2/2015).
Akibat buruknya citra yang melekat pada profesi petani, akhirnya generasi muda lebih banyak memilih masuk ke sektor industri lain termasuk menjadi buruh pabrik. Bahkan, banyak pula diantaranya menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di luar negeri meskipun hanya menjadi pembantu rumah tangga.
"Kalau dia punya ijazah dia masuk pabrik jadi buruh. Kalau nggak punya ijazah mereka ke luar negeri jadi TKI yang jadi pembantu. Begitu mirisnya," cerita Yony.
Menurutnya, kondisi ini yang harus mendapat perhatian serius dari pemerintah dan kalangan akademisi agar citra buruk petani ini bisa dihilangkan. Menurutnya perhatian pemerintah terhadap profesi petani bisa menjadi bukti keseriusan pemerintah untuk mengedepankan sektor pertanian dan mencapai swasembada pangan.
"Kita memang tidak bisa membuat mereka yang pendidikannya kurang untuk menjadi sarjana atau minimal D1 saja. Tapi paling tidak, mereka bisa dilatih supaya lebih mengenal teknologi," ujar dia.
Dari sensus pertanian Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2013, diketahui jumlah rumah tangga petani mengalami penurunan tajam dalam 10 tahun. Dari semula 31 juta rumah tangga petani di 2003 menjadi 26 juta rumah tangga saja di 2013. Artinya, Indonesia kehilangan 500.000 rumah tangga petani per tahun atau 5 juta rumah tangga selama 10 tahun.
(dna/hen)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com