"Saya juga bingung katanya BBM turun, kok ini malah naik terus. Gas naik, beras juga naik dari Rp 9.000 jadi Rp 11.000/kg," kata seorang pedagang mie ayam kepada detikFinance yang tak mau disebutkan namanya di Depan Mal Taman Mini di Pondok Gede, Jakarta, Selasa (24/2/2015).
Ia mengaku kenaikan harga Elpiji 3 kg sudah terjadi sejak 2 pekan terakhir. Sebagai pengguna Elpiji 3 kg, ia juga dibuat susah karena selain harganya naik, pasokannya pun langka. Harga Elpiji 3 kg di eceran kini naik Rp 1.000 per tabung jadi Rp 19.000/tabung bahkan lebih.
"Kemarin ada warung yang jual Rp 20.000 ke atas, karena dia tahu barang langka makanya dinaikkan harga,. Tapi kita tetap beli, namanya juga jualan," katanya.
Setiap 1 tabung eEpiji 3 kg, ia menghabiskan 2,5 hari, sehingga dalam sepekan harus berganti tabung dan berkeliling mencari Elpiji 3 kg. Ia berharap pemerintah menjaga dan mengendalikan harga kebutuhan pokok seperti Elpiji 3 kg dan beras.
"Kalau soal gas sudah naik, barangnya pun langka, saya sudah cari keliling-keliling," katanya.
Sementara itu, pedagang ketoprak di lokasi yang sama, juga menyampaikan keluh kesahnya. Pedagang yang minta namanya dirahasiakan ini harus rela keuntungannya tipis karena bahan baku ketoprak yaitu beras harganya melonjak.
"Kalau saya jual tetap Rp 8.000/porsi, kalau ada pembeli baru saya hargai jadi Rp 9.000, kalau langganan saya nggak berani naikkan," katanya.
Ia mengaku hanya bisa pasrah dan tak bisa protes ke pemerintah. Selain itu, yang membuat khawatir dirinya soal kabar penjualan Elpiji 3 kg akan dihapus dari pasaran. Sebagai pedagang kecil, dirinya tak siap harus membeli Elpiji 12 kg yang tak disubsidi, selain ukurannya besar dan lebih berat untuk dibawa berkeliling.
"Saya mau protes gimana, namanya orang kecil, mereka banyak beking pasti kita kalah," katanya.
(hen/hds)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com