Merger Mandiri-BNI, Menko Sofyan: Banyak yang Tak Nyaman Dengan Wacana Ini

Jakarta -Rencana penggabungan bank-bank Badan Usaha Milik Negara (BUMN) memang sudah muncul sejak lama. Pada era pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi) wacana ini muncl kembali. Kali ini Yaitu antara PT Bank Mandiri Tbk dengan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI).

Menko Perekonomian Sofyan Djalil mengungkapkan wacana ini membuat banyak pihak merasa tidak nyaman. Padahal belum ada tahapan rencana untuk direalisasikan.


"Masih wacana lah. Ini kelihatannya banyak sekali orang yang merasa tidak nyaman dengan wacana ini," ungkapnya di Kantor Wakil Presiden, Jakarta, Selasa (3/2/2015).


Sofyan mengakui beberapa menteri telah mengungkapkan hal-hal seputar wacana tersebut. Namun Sofyan merasa itu hanyalah sebuah kajian, bukan grand design.


"Baru 'mungkin' kajiannya. Untuk policy-nya itu belum keluar," sebutnya.


Ia menjelaskan, Indonesia memang butuh bank besar untuk bersaing di kawasan. Sangat disayangkan, apalagi dengan catatan ekonomi Indonesia menguasai 60% ekonomi Asia Tenggara (ASEAN).


"Kita perlu bank besar untuk bersaing di kawasan. Masa ekonomi kita yang 60% di Asean, kita tidak ada bank yang mampu memenuhi syarat," kata Sofyan.


Pemerintah akan mengoptimalkan Bank Mandiri untuk meningkatkan modalnya demi menjadi bank besar di ASEAN.


"Kita pertama adalah memperkuat Bank Mandiri. Kalau dia punya equity sampai dengan Rp 100 triliun maka dia sudah memenuhi persyaratan minimum," tukasnya.


(mkl/ang)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com