Direktur Utama KAEF Rusdi Rosman mengatakan, pelemahan nilai tukar rupiah saat ini tidak berpengaruh signifikan terhadap kinerja Perseroan. Nilai impor bisa ditutup dengan ekspor-ekspor produk Kimia Farma ke 17 negara. Saat ini, nilai ekspor menyumbang 5,8% dari total penjualan Perseroan.
"Kita akan terus meningkatkan nilai ekpor. Selama ini kita ekspor ke 17 negara, ekspor 5,8% terhadap total penjualan. Kita berusaha mencari sumber-sumber bahan baku yang lebih murah. Impor bahan baku Rp 350 miliar selama setahun," ujar dia dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST), di Hotel Borobudur, Jakarta, Rabu (8/4/2015).
Rudi menjelaskan, untuk bisa menggenjot kinerja tahun ini, Perseroan akan gencar memproduksi produk-produk yang punya margin lebih tinggi sehingga bisa meraup pendapatan dan laba lebih besar.
"Strategi menghemat bahan baku yang lebih murah dan menguntungkan. Memproduksi produk yang bermargin tebal. Produk-produk herbal lebih besar dari obat generik," kata dia.
Rusdi menyebutkan, Perseroan akan melakukan pengembangan apotik, dalam 3 tahun terakhir, Perseroan sudah memiliki 300 apotik.
Perseroan telah memasarkan produk seperti Iodine dan Quinine ke Eropa, India, Jepang, Taiwan, dan New Zealand.
Sementara produk-produk Kimia Farma yang mencakup produk jadi dan kosmetik telah dipasarkan ke Yemen, Korea Selatan, Singapura, Malaysia, Vietnam, Sudan, dan Papua New Guinea.
Demikian juga untuk produk-produk herbal yang berasal dari bahan alami juga telah dipersiapkan proses registrasinya untuk memasuki pasar baru seperti Filipina, Myanmar, Pakistan, Uni Emirat Arab, Oman, Bahrain, dan Bangladesh.
(drk/ang)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com