Ada Dugaan Kartel di Bisnis Impor Bawang Putih

Jakarta - Belakangan ini harga bawang putih di dalam negeri terus melejit hingga Rp 36.000-40.000 per Kg, padahal harga normal sebelumnya mencapai Rp 6000-10.000 per Kg. Ada dugaan kartel di bisnis bawang putih yang mayoritas diimpor oleh para importir.

"Kami menduga ada permainan kartel hampir mirip dengan pembagian kuota daging, dimana kuota RIPH (Rekomenasi Impor Produk Hortikultura) 160.000 ton bawang putih dan bawang merah 60.000 ton, kuota 50% lebih didapat oleh sebuah asosiasi (kartel) yang perusahaanya hanya 21 perusahaan dari 131 perusahaan yang mendapatkan izin RIPH," kata Wakil Ketua Gabungan Importir Hasil Bumi Indonesi (Gisimindo) Bob Budiman, dalam keterangan tertulisnya, Minggu (10/3/2013).


Menurutnya Kementerian Pertanian telah memberikan RIPH untuk bawang putih 160.000 ton dan bawang merah 60.000 ton kepada 131 perusahaan impor. Atas keluarnya RIPH tersebut diduga ada permainan kartel pasalnya 21 perusahaan mendapatkan kuota hampir 50% lebih.


Bob beralasan, kecurigaannya ini karena Kementerian Pertanian memberikan jumlah kuota impor berdasarkan suatu formula berdasarkan nama perusahaan bukan nama importir.


"Seharusnya pemberian kuota berdasarkan nama importir, karena importir besar umumnya mempunyai beberapa perusahaan yang saling terkait dan mempunyai kapasitas gudang penimbunan yang amat besar, sementara Kementerian Pertanian masih memakai formula lama yaitu memberikan kuota impor sesuai kapasitas gudang penimbunan," ucap Bob.


Menurut Bob, dalam importasi bawang putih dan merah tidak membutuhkan gudang penimbunan yang besar. "Pasalnya yang terpenting adalah importirnya mempunya jaringan perdagangan yang luas seperti multilevel marketing, pasalnya bawang merupakan produk yang cepat habis dibeli konsumen apalagi produksi bawang putih lokal hanya dapat memenuhi maksilal 50% kebutuhan nasional," ujarnya.


Bob menjelaskan perlu ada perubahan cara perhitungan formula yang tepat agar kuota RIPH tidak dipermainkan oleh para kartel-kartel yang hanya mengeruk keuntungan sendiri tanpa memikirkan kebutuhan rakyat.


"Perberian kuota impor harus diubah formulasinya, dengan formula sekarang sangat mudah dikuasai oleh para kartel, kami mengharapkan pembagian kuota impor transparan, merata, adil dan bijaksana. Dan mudah-mudahan kuota buah dan sayur segar impot belum diberikan, jangan berpedoman pada formula lama seperti bawang ini," katanya.


(rrd/hen)