Proyek Terowongan Raksasa Jakarta Rp 47 Triliun Dianggap Kemahalan

Jakarta - Rencana proyek multi purpose deep tunnel atau terowongan raksasa di Jakarta berpeluang batal. Alasannya proyek ini dianggap terlalu mahal sementara manfaatnya yang diperoleh tak sebanding.

Salah satu tim pengkaji proyek ini, Danang Parikesit mengatakan saat ini pemerintah masih mencari alternatif proyek lain yang bisa jadi lebih efektif menanggulangi banjir dibanding proyek deep tunnel. Pertimbangan lainnya, karena proyek ini dinilai mahal yakni mencapai Rp 47 triliun untuk biaya konstruksi saja.


Danang menyebutkan, dalam kondisi banjir, terowongan ini mampu menampung air hingga 4 juta meter kubik air. Sedangkan dalam kondisi normal dan dapat dilalui kendaraan, terowongan ini memiliki daya tampung 2,5 juta meter kubik air.


"Kalau dengan dana sebesar itu apakah ada alternatif yang lebih murah untuk mengelola 4 juta meter kubik air itu. Ini dari tim kementerian PU akan membahas ini," ungkap Danang kepada detikFinance, Kamis (7/3/2013).


Ia menyebutkan, total investasi yang harus dikeluarkan oleh pemerintah DKI membutuhkan uang yang tak sedikit. Total pembiayaan yang harus dikeluarkan mencapai Rp 47 triliun. Nilai itu sudah termasuk konstruksi, pajak, pemeliharaan dan sebagainya.


"Dananya kami hitung-hitung kemarin itu sampai Rp 47 triliun. Biaya Rp 26 triliun untuk konstruksi saja, karena 1 km Rp 1 triliun," katanya.


"Kalau ada implikasi biaya, mudah-mudahan pemerintah pusat bisa membantu jika diminta. Yang kita lakukan sekarang ini adalah mengevaluasi usulan DKI dalam menjawab persoalan-persoalan banjir ini," tambahnya.


Proyek terowongan raksasa akan membentang sepanjang 26 km dari Balai Kambang (Condet Jakarta Timur) hingga Pluit (Jakarta Utara), yang akan terdiri atas terowongan sepanjang 23 Km, dan jalan penunjang akses sepanjang 3 Km. Terowongan ini pun diyakini mampu menampung 30.000 kendaraan setiap harinya.


(zul/hen)