Presiden Buruh Anggap Wajar 90 Perusahaan Hengkang dari DKI

Jakarta - Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia mengungkapkan hengkangnya 90 perusahaan dari DKI Jakarta menuju Jawa Timur atau Jawa Tengah merupakan hal yang wajar. Cara ini dilakukan perusahaan untuk mencari daerah/lokasi dengan upah yang lebih rendah dari DKI Jakarta yang saat ini dipatok Rp 2,2 juta/bulan.

"Wajar kalau industri labour intensif/padat karya pindah ke daerah yang upah minimum rendah karena biaya hidup (KHL) di daerah tersebut seperti Jawa Timur dan Jawa Tengah juga rendah," ungkap Presiden KSPI Said Iqbal kepada detikFinance, Rabu (20/3/2013).


Sementara itu, lanjut dia, daerah yang upah minimumnya tinggi dapat diisi oleh industri capital intensif/padat modal. Perpindahan industri padat karya ini dapat membuat pemerataan zona industri dan menekan angka urbanisasi ke kota-kota industri besar.


"Pada akhirnya perpindahan 90 perusahaan padat karya ini akan menciptakan secara alamiah zona industri dimana kota-kota industri besar akan diisi industri padat modal sebut saja otomotif, elektronik, pertambangan, baja, logam, bank,jasa dan lain-lain dengan infrastruktur yang memadai, serta upah minimal yang tinggi," katanya.


Lalu kota/daerah yang infrastrukturnya kurang memadai dan upah minimum rendah diisi industri padat karya seperti tekstil, sepatu, garmen, UKM dan lain-lain.


Terkait nasib buruh, ia mengungkapkan buruh yang terkena PHK akibat pabrik pindah dapat memilih yaitu tetap bekerja di daerah baru dengan mendapatkan kompensasi setara pesangon(tapi tidak di PHK) tapi masa kerja menjadi 0 tahun dan menerima upah minimum yang berlaku atau buruh langsung memilih di PHK dengan hak pesangon sesuai undang-undang dan secara alamiah buruh akan masuk ke industri baru yaitu capital intensif/padat modal yang menggantikan pabrik atau labour intensif yang pindah.


"Tapi dalam hal ini diperlukan peran pemerintah daerah (Pemda) untuk meng-upgrade skill buruh tersebut misalnya dengan training gratis agar buruh bisa memiliki skill sesuai kebutuhan industri capital intensif," tandasnya.


(wij/dru)