Lahan Industri di Jabodetabek Menipis, Harga Melonjak Hampir Rp 2 Juta/Meter

Bandung - Meningkatnya iklim investasi di Indonesia membuat lahan di kawasan industri semakin menipis di Jabodetabek. Sehingga berimbas pada melonjaknya harga tanah di kawasan industri.

Dirjen Pengembangan Perwilayahan Industri Kementerian Perindustrian, Dedi Mulyadi mengungkapkan, harga tanah di kawasan industri di Jabodetabek tahun 2013 ini mencapai US$ 200 per meter persegi atau sekitar Rp 1,9 juta per meter persegi. Harga ini jauh berbeda jika dibandingkan 3 tahun lalu yang hanya US$ 50 per meter persegi.


"Harga tanah sekarang naik di kawasan industri US$ 200 per meter persegi, tahun 2010 itu hanya US$ 50 per meter persegi," kata Dedi di sela acara Workshop Pendalaman Kebijakan Industri, di Hotel Hyatt, Bandung, Jumat (22/3/2013).


"Kalau di luar Jabodetabek paling Rp 550.000/meter persegi, itu merata," imbuhnya.


Ia mengatakan, hal tersebut dikarenakan tidak seimbangnya permintaan terhadap lahan itu sendiri dengan ketersediaan lahan yang ada. Menurut Dedi, daya saing kawasan industri di Indonesia sendiri akan anjlok jika harga lahan ini terus menerus naik.


"Kita bakal nggak punya daya saing. Ditambah UMP naik juga," lanjutnya.


Jika dibandingkan dengan negara-negara di Asia lainnya, Indonesia termasuk negara yang memiliki lahan industri dengan harga yang termasuk mahal. Hanya beberapa tingkat di bawah negara lain seperti Korea Selatan dengan harga Us$ 267/meter persegi, Hongkong dengan harga US$ 299/meter persegi, Taipei dengan harga US$ 1.350/meter persegi, dan negara lainnya.


Sementara itu di Malaysia harga lahan di kawasan industri hanya US$ 20-25/meter persegi. Untuk menanggulangi hal ini, dan menurunkan harga sehingga berimbas pada peningkatan daya saing, Dedi mengatakan, pembukaan lahan industri baru merupakan hal wajib.

"Suplai diperbanyak pemerintah punya peranan," cetusnya.


(zul/hen)