Masyarakat Indonesia Harus Dibujuk Dulu Baru Mau Berinvestasi

Jakarta - Masyarakat Indonesia masih belum terbiasa soal investasi dan masih minim soal kesadaran berinvestasi. Kebanyakan, mereka yang berinvestasi dilakukan atas dasar bujukan.

"Di Indonesia itu belum terbiasa untuk berinvestasi. Saat ini kebanyakan berdasarkan bujukan dari officer-officer-nya. Jadi harusnya nggak terpengaruh tapi berdasarkan kemauan," ujar Direktur Mandiri Sekuritas Abiprayadi saat acara Edukasi Wartawan Pasar Modal "Literasi Keuangan", di Gedung BEI, Jakarta, Rabu (24/7/2013).


Abi menjelaskan, prinsip berinvestasi adalah menyisihkan sebagian penghasilan pribadi tanpa mengganggu kehidupan dari kegiatan investasinya itu.


"Ada yang gaji Rp 50 juta per bulan tapi nggak layak disebut investor tapi ada yang hanya gajinya Rp 5 juta per bulan tapi disebut layak misal dia bisa investasi Rp 100 ribu bisa diinvestasikan. Kalau akibat investasi kehidupan kita terganggu berarti itu belum layak dijadikan sebagai investor," kata Abi.


Dia menambahkan, prinsip investasi yang selanjutnya adalah mengambil uang dari hasil investasi saat dibutuhkan saja. Artinya, tanpa ada kebutuhan yang mendesak biarkan investasi kita berkembang di tempatnya masing-masing.


"Prinsipnya kita hanya ngambil duit investasi kalau butuh. Jadi kalau nggak butuh-butuh banget nggak usah diambil. Kalau pun diambil jangan dihabiskan, diusahakan disisain," jelasnya.


Lebih lanjut dia menjelaskan, sebelum berinvestasikan pastikan terlebih dahulu tujuan investasinya apakah untuk menikah, pergi haji, beli rumah, dan lain-lain.


"Sebelum berinvestasi harus ada tujuan, ada gol-nya misal 5 tahun mau nikah, beli rumah atau haji. Jadi kalau bisa mulai dapat pendapatan, mulai saving," ujar Abi.


(ang/ang)