Gita Wirjawan: Kalau Tak Impor Kedelai Kita Tak Makan Tempe

Jakarta - Menteri Perdagangan Gita Wirjawan menjadi pembicara kunci dalam acara peningkatan daya saing sebagai kunci kesuksesan Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) di Auditorium Kementerian Perdagangan Jakarta, Jl Ridwan Rais, Gambir, Jakarta, Jumat (20/9/2013).

Saat menyampaikan pidato soal ekonomi ASEAN, Gita tiba-tiba berbicara soal ketergantungan impor Indonesia atas kedelai dan daging sapi.


"Kedelai, siapa yang nggak ngikutin beritanya. Kedelai kita produksinya hanya 1/3 dari total kebutuhan nasional. Total kebutuhan nasional kedelai kita itu 2,5 juta ton/tahun. Kita hanya bisa produksi 700 ribu ton/tahun," ungkap Gita.


Rendahnya produksi kedelai lokal terlihat saat ia mengunjungi pusat perajin tahu dan tempe di Utan Kayu, Matraman Jakarta Timur pagi yadi. Ia tidak menemukan satu biji pun kedelai lokal yang biasa perajin gunakan untuk memproduksi tahu dan tempe.


"Saya ke Utan Kayu nggak menemukan ada satu biji pun kedelai lokal. Iya pilihannya kalau tidak mau impor, kita tingkatkan kedelai lokal. Kalau tidak diimpor ya kita tidak makan tahu dan kita tidak makan tempe," imbuhnya.


Selain kedelai, Gita juga mengkritik rendahnya produktivitas populasi sapi di Indonesia sehingga Indonesia terus mengimpor sapi hidup. Ia bahkan mencoba membandingkan populasi sapi Indonesia dan Brasil.


"Populasi sapi kita hanya 14,5 juta ekor sedangkan jumlah penduduk kita 250 juta orang. Sedangkan di Brasil ada 190 juta penduduk denggan jumlah sapi sebanyak 240 juta ekor," tuturnya.


Apa tujuan Gita mengungkit masalah kedelai dan daging pada forum Masyarakat Ekonomi ASEAN? Ia beralasan Indonesia seharusnya bisa menjadi basis produksi produk alam karena demografi Indonesia yang menguntungkan.


"Sengaja saya provokasi agar kita semua terintelektualisasi. Kita harus punya kekuatan. Kelebihan kita banyak, kalau dimanfaatkan kita bisa menjadi bangsa yang luar biasa. Kita jangan minder, kita harus berani dan pintar juga cerdas. Tekat kita masuk ke arena MEA ini namun harus dilihat dimana pekerjaan rumahnya yang harus kita dilakukan," tandasnya.


Acara ini juga dihadiri Walikota Surabaya Tri Rismaharani dan Ketua Umum Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Suryanti Motik.


(wij/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!