Pertamina Lebih Khawatir Lonjakan Harga Pertamax daripada Mobil Murah, Kenapa?

Jakarta - PT Pertamina (persero) lebih mengkhawatirkan lonjakan harga Pertamax daripada serbuan mobil murah yang juga berpotensi menyebabkan peningkatan konsumsi BBM subsidi. Kenaikan harga Pertamax atau BBM non subsidi dikhawatirkan membuat konsumen beralih ke bensin premium atau subsidi.

"Kami lebih khawatir kenaikan harga BBM non subsidi saat ini (Pertamax dan Pertamax plus) akibat melemahnya rupiah terhadap dolar," kata Vice President Fuel Marketing PT Pertamina Muhammad Iskanda ketika ditemui di Kantor Kemenko Perekonomian, Kamis (19/9/2013).


Menurut Iskandar saat ini harga Pertamax sudah mencapai harga tertinggi dalam sejarah yakni mencapai Rp 10.200 per liter. Harga serupa pernah terjadi pada 1 April 2012 lalu.


"Harganya tertinggi dalam sejarah, kami khawatir konsumen yang dulunya beralih dari Premium ke Pertamax karena kenaikan harga BBM subsidi, sekarang mahal beralih kembali menggunakan BBM subsidi karena harga Pertamax naik terus karena rupiah melemah," jelas Iskandar.


Ia mengatakan keberadaan mobil murah atau Low Cost Green Car (LCGC) ini sedikit banyak akan berdampak pada peningkatan konsumsi BBM subsidi.


"Tapi kan jumlahnya tidak terlalu banyak untuk tahun ini, namun justru kita baru khawatir tahun depan, yang tanpa ada mobil murah saja, tiap tahun ada tambahan 1,2 juta unit mobil baru tambah mobil murah yang katanya tahun depan 120.000 unit. Kalau kuota BBM subsidi tahun depan tetap yakni hanya 48 juta KL tentu akan mengkhawatirkan," tandas Iskandar.


(rrd/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!