Kisah Industri Tekstil di Peru yang Dihantam Produk Murah China

Lima -Menjelang Natal dan akhir tahun seperti ini, biasanya para penjahit di kawasan garmen Lima, ibu kota Peru, sibuk mengerjakan pesanan dari berbagai negara di benua Amerika. Namun sekarang tidak lagi, karena gempuran produk tekstil murah asal China.

Sampai sekarang, kawasan tekstil di Lima yang bernama Gamarra ini, mempunyai luas 20 blok, dan diisi oleh 25.000 toko penjahit.


Namun sejak adanya perjanjian perdagangan bebas antara Peru dan China pada 2010, dan juga perdagangan bebas China dengan Kolombia, Gamarra tak lagi ramai bisnisnya.


"Kami harusnya sibuk menjelang Natal. Orang dari Kolombia, Ekuador, Venezuela, dan Brasil datang ke sini dan memesan banyak pakaian untuk toko-toko mereka. Namun sampai sekarang, mereka belum datang," ujar penjahit wanita Irma Cayetano, seperti dilansir dari AFP, Senin (11/11/2013).


Cayetano menyewa tempat seluas 3 meter persegi di Gamarra dengan biaya US$ 300 per bulan. Namun tahun ini, bisnis Cayetano lesu. Penjahit wanita lain, yaitu Astrid Iparraguirre juga mengalami kondisi yang sama.


"Tak banyak yang bisa dilakukan saat ini, karena banyaknya pakaian impor," ujar Iparraguirre yang telah bekerja di Gamarra selama 5 tahun.


Tapi, Gamarra belum kehilangan seluruh pelanggannya, masih cukup banyak pakaian yang bisa dijual di Peru dan juga wilayah benua Amerika, termasuk Amerika Serikat (AS).Next


(dnl/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!