"Kita punya defisit (transaksi berjalan kuartal I-2014) US$ 35 miliar, hanya untuk asuransi dan repatriasi keuangan. Indonesia seperti kita ketahui banyak terjadi gunung meletus, Filipina punya taifun. Tapi Filipina punya neraca services (jasa) positif US$ 10 miliar, lalu income (pendapatan) juga positif US$ 25 miliar. Kita masih negatif," papar Agus saat ditemui di Gedung BI, Jakarta, Senin (26/05/2014).
Sementara Indonesia, lanjut Agus, mengalami defisit neraca jasa sebesar US$ 12 miliar dan defisit neraca pendapatan US$ 26 miliar. Transaksi berjalan Filipina pun mencatat surplus 2,8% dari PDB pada kuartal IV-2013, sementara Indonesia pada waktu yang sama mengalami defisit 2% PDB.
Kemudian dari sisi pertumbuhan ekonomi, Filipina berhasil mencapai 7% pada 2013 sedangkan Indonesia 5,8%. "Kondisi ini menjelaskan Indonesia masih di bawah Filipina meskipun sudah ada beberapa perbaikan," kata Agus.
Sebelumnya, Agus juga sempat memuji Filipina dalam hal inflasi. Indonesia bisa belajar dari pengalaman Filipina yang bisa mengendalikan inflasi rata-rata di kisaran 3%. "Secara geografis sama, negara tropis," ujarnya.
Inflasi Indonesia pada 2013 tercatat sebesar 8,38%. Jauh terakselerasi dibandingkan tahun sebelumnya yaitu 4,3%. Ini karena pada 2013 pemerintah menaikkan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi.
Sementara untuk 2014, BI menargetkan inflasi berada dalam kisaran 4,5% plus-minus 1. "Kita perkirakan 4,5% plus-minus 1 itu tetap bisa kita jangkau," tegas Agus.
(wij/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
