Awal Jadi Transmigran Diolok-olok, Pria Ini Jadi Juragan Sawit Berpenghasilan Rp 20 Juta/Bulan

Pekanbaru -Dahulu mereka dicemooh dan dianggap masyarakat miskin tak sanggup hidup lagi ketika ikut program transmigrasi dari Jawa ke Sumatera. Namun kini, merekamenjadi petani sawit yang sukses dan memetik hasil puluhan jutaan rupiah dari usaha sawit.

Mereka adalah orang-orang yang ikut program transmigrasi di era tahun 1987 silam. Awalnya para transmigrasn ini banyak diolok-olok oleh keluarganya sendiri maupun para tetangga. Mereka dinilai masyarakat yang tak mampu untuk bertahan hidup di Jawa.


Berbagai tudingan miring soal warga transmigrasi ini, tak menyurutkan keluarga Sunarno (44) harus meninggalkan Jawa Tengah. Orangtua Sunarno saat itu lebih memilih ikut dalam program Presiden Soeharto sebagai warga transmigrasi.


Sejak itulah, orang tua Sunarno menetap di Desa Tri Mulia, Kecamatan Ukui, Kabupaten Pelalawan, Riau. Mereka awalnya mendapatkan lahan satu kapling (dua hektar) yang disediakan pemerintah. Lahan sawit itu awalnya dikelola PT Asian Agri.


Setelah kebun sawit menghasilnya diserahkan ke warga transmigrasi. Ada sekitar 29 ribu kepala keluarga transmigrasi yang diboyong ke Sumatera. PT Asian Agri sebagai pioner dalam program transmigrasi untuk wilayah Riau dan Jambi.


Satu di antaranya dari warga transmigrasi tadi adalah orangtua Sunarno. Saat itu, Sunarno hanya ikut orangtuanya. Belakangan, pria dua orang anak ini, terus berjibaku untuk membuka kebun sawit sendiri.


"Orang tua saya yang menjadi trasmigran, saat itu saya masih remaja ikut saja. Selanjutnya saya berusaha sendiri untuk membuka perkebunan sawit dengan masyarakat tempatan," kata Sunarno kepada detikFinance, Kamis (26/6/2014).Next


(cha/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!