Cerita Timses Jokowi-JK Soal Penjualan Indosat dan Tanker Pertamina Zaman Megawati

Jakarta -Saat Indonesia dipimpin Presiden Megawati Soekarno Putri sejumlah aset BUMN harus dijual, karena pada saat itu negara tidak memiliki uang. Kubu Capres Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK), menjelaskan persoalan yang sempat muncul dalam debat capres itu.

Anggota Komisi XI DPR yang juga Tim Sukses pemenangan Jokowi-JK, Arif Budimanta mengungkapkan, Megawati saat itu terpaksa mengambil keputusan penjualan aset BUMN karena negara tidak punya uang lagi.


"Penjualan Indosat, kapal tanker Pertamina, dan lainnya itu kan dilakukan karena negara tidak punya uang lagi. Mau cari uang dari mana karena pada saat itu banyak perusahaan bangkrut dan tidak bayar pajak sehingga pendapatan negara sedikit," ujar Arif ditemui di Jokowi-JK Center, Setiabudi, Jakarta, Selasa (24/6/2014).


Arif menegaskan, keputusan tersebut tepat, karena negara akhirnya ada dana untuk menjalankan roda pemerintahan dan meningkatkan perekonomian Indonesia.


"Uang penjualan aset itu masuk ke APBN kok, tidak untuk pribadi apalagi dikorupsi, dana itu untuk pendidikan, gaji PNS, kesehatan, motor penggerak ekonomi. Justru pengorbanan itu manfaatnya dirasakan di pemerintahan SBY, ekonomi terus tumbuh," katanya.


Ia menegaskan kembali, bila Jokowi-JK menjadi presiden, Indonesia juga tidak akan mengulangi penjualan aset negara, karena hal tersebut tidak mungkin terjadi, melihat fondasi ekonomi Indonesia sudah sangat baik.


"Cadangan devisa kita waktu itu (zaman Megawati) di bawah US$ 20 miliar, sekarang sudah US$ 100 miliar, usaha nasional kita terus tumbuh, dulu pun kita mau pinjam uang (utang) tidak ada negara yang mau utangin, hanya ada IMF dengan berbagai persyarakat, terpaksa diambil namun di zaman Megawati juga IMF determinasi karena banyak maunya dan suka mengatur," tutupnya.


(rrd/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!