Harga Batu Bara Disebut Bisa Naik ke Level US$ 80/Ton Kalau Ini Terjadi

Jakarta -Direktur Utama PT Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA), Milawarma menuturkan bahwa saat ini harga batu bara terutama dari Indonesia masih akan sulit bergerak naik ke level yang diharapkan. Saat ini harga batu bara di kebanyakan acuan dunia masih berada di level US$ 72 per ton. Padahal pada penutupan tahun lalu, harga batu bara sempat berada pada level US$ 82 per ton.

"Harga batu bara kan memang berdasarkan beberapa acuan seperti HBA (Harga Batubara Acuan) kemudian indeks New Castle masih di angka US$ 72,3 per ton. Bandingkan penutupan tahun lalu US$ 82 per ton," kata Milawarma kepada detikFinance di The City Tower, Jakarta, Selasa (1/7/2014).


Milawarma menjelaskan, harga batubara Indonesia bisa saja merangkak naik asalkan sejumlah faktor pembentuk harga dapat dikondisikan pada kondisi normalnya.


"Kalau harga bisa balik ke kisaran US$ 80 per ton, saya kira bisa-bisa saja. Tapi kapannya ini yang kita tidak tahu. Ini sangat tergantung dengan faktor yang mempengaruhi, antara lain kondisi ekonomi di Tiongkok selatan," tutur dia.


Tiongkok selatan, lanjut Milawarma, menjadi penting karena kawasan ini merupakan salah satu wilayah terbesar yang menyerap produksi batu bara dunia. "Di sana ada kawasan industri yang produknya diekspor hampir ke seluruh dunia seperti ke Amerika. Kalau produksi mereka turun, otomatis kebutuhan energi mereka juga akan ikut turun. Padahal mereka salah satu yang menggunakan batu bara thermal terbesar di dunia. Jadi kalau mereka turun otomatis pasar kita juga ikut terpengaruh," paparnya.


Faktor lain, tambah Milawarma, adalah kelebihan ketersediaan batu bara nasional. Dia menilai, kelebihan pasokan ini karena masih adanya penambang-penambang liar yang bebas menjual batu bara produksinya meskipun di bawah harga pasar. Akibatnya, jumlah batu bara di pasar menjadi berlebih.


"Makanya kita buat bursa dengan JFX untuk perdagangan fisik batu bara secara online. Kita harapkan bisa menekan yang dari sisi over supply ini. Sekarang yang terjadi banyak orang yang punya lahan, gali-gali sedikit kemudian dia ketemu batu bara dan dijual ke pembeli dengan harga yang di bawah harga pasar. Ini yang bikin harga batu bara rusak. Kalau ada indeks JFX ini kan perdangangan jadi lewat bursa, orang jadi tidak bisa sembarangan jual batu bara yang sumbernya tidak jelas, sehingga harga lebih terjaga," jelas dia.


Seperti diketahui, PT Bursa Berjangka Jakarta atau Jakarta Futures Exchange (JFX) telah resmi mencatatkan PT BA dalam bursa perdagangan fisik batu bara secara online. "Selain untuk menjaga harga batu bara kita, bursa perdagangan batubara di JFX ini diharapkan bisa mejadi acuan bagi harga batu bara dunia. Apalagi, Indonesia adalah produsen batu bara thermal terbesar di dunia, baru disusul oleh Australia. Maka sudah selayaknya kita bisa jadi acuan," terang dia.


(hds/hds)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!