Bos Baru AirAsia Minta Bea Masuk Impor Suku Cadang Pesawat Dihapus

Jakarta -Pihak AirAsia Indonesia meminta kepada pemerintah untuk menghapuskan bea masuk impor untuk seluruh jenis sparepart (suku cadang) pesawat yang dinilai membebani industri penerbangan. Saat ini besaran tarif bea masuk komponen pesawat berkisar rata-rata 7%-10%.

Belakangan ini para maskapai penerbangan dibebani kenaikan harga avtur dan melemahnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS.


Presiden Direktur AirAsia yang baru, Sunu Widyatmoko mengatakan, penghapusan bea masuk suku cadang pesawat ini dilakukan untuk meningkatkan efisiensi pembiayaan dalam maskapai penerbangan. Pasalnya, bea masuk komponen pesawat ini punya cukup andil dalam biaya beban pengeluaran perusahaan.


"Kita pengennya bea masuk nol persen untuk seluruh sparepart pesawat, anything, sekarang kan definisi agak abu-abu, kita ingin kepastian, semua sparepart dan maintenance semua di-nol-kan," ujar dia saat ditemui di Hotel Kempinski, Jakarta, Selasa (1/7/2014).


Sunu menjelaskan, penghapusan bea masuk untuk seluruh suku cadang pesawat terbang sudah lama diterapkan di negara-negara tetangga sehingga mereka sudah mampu bersaing dengan pasar industri penerbangan di kawasan lainnya.


"Karena negara tetangga memberlakukan hal yang sama. Bayangkan jika cost kita lebih besar. Berapa banyak modal untuk menjaga kelangsungan usaha, bukan soal untung rugi tapi kesehatan berusaha dan berinvestasi," katanya.


Di tempat yang sama, Anggota Dewan Komisaris AirAsia Indonesia Dharmadi menambahkan, perseroan harus menyediakan mata uang asing lebih banyak untuk memenuhi kebutuhan sparepart pesawat karena dipenuhi dari mayoritas impor.


"Sparepart komponen banyak membutuhkan dolar sehingga membutuhkan insentif pajak, ada kebutuhan maintenance juga. Avtur mengikuti dolar sedangkan di Indonesia itu harganya rata-rata di atas 10% dibanding negara tetangga. Kita minta harga fuel paling tidak sama apa yang ada di sekitar ASEAN," kata dia.


Dharmadi menambahkan, permintaan tersebut dilakukan agar industri penerbangan Indonesia lebih kompetitif.


"Kita harus saling mendukung dan bersaing di kancah internasional. Kita inginkan sustainable agar bersaing dan mengangkut lebih banyak penumpang," tandasnya.


(drk/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!