Ini Celakanya Kalau RI Terlena dengan Bonus Demografi

Jakarta -Indonesia sering disebut memiliki bonus demografi. Artinya, dalam beberapa tahun jumlah penduduk yang produktif lebih banyak dibandingkan mereka yang harus ditanggung.

"Anda tentu sering mendengar bahwa Indonesia tengah mengalami bonus demografi. Ini memang luar biasa, negara-negara maju defisit," kata Komaruddin Hidayat, Rektor Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah, dalam acara Editor's Meeting Indonesia Knowledge Forum III di Jakarta, Rabu (24/9/2014).


Namun, lanjut Komaruddin, generasi produktif ini harus memiliki keterampilan yang layak jika ingin disebut bonus. Tanpa keterampilan yang memadai, penduduk yang produktif itu bukan menjadi bonus tetapi justru beban bagi negara.


Menurut Komaruddin, saat ini kapasitas dan kompetensi sumber daya manusia di Indonesia masih perlu diperbaiki. Dia mencontohkan di level BUMN dan pemerintahan.


"Saya punya teman mengadakan assesment 500 pegawai BUMN profesional. Kesimpulannya, hanya 1/3 yang layak untuk bekerja. Yang 1/3 masih trainable, yang 1/3 harus di-grounded. Itu di BUMN, jangan tanya di pemerintahan pelat merah. Penduduk kita disangga birokrasi yang rapuh," paparnya.


Pendidikan di Indonesia, tambah Komaruddin, masih kurang memperhatikan aspek keterampilan. Padahal ketika terjun di dunia kerja, keterampilan lah yang dibutuhkan.


Komaruddin menyebut Ignasius Jonan, Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia (Persero), sudah menerapkan kebijakan terobosan dengan mengutamakan keterampilan.


"Di sini yang dilakukan Pak Jonan, menggaji orang sesuai kinerja. Jangan heran ada anak lulusan SMK dapat gaji lebih tinggi dari S2. Dia tidak bayar ijazah, tapi kinerja dan produk," jelasnya.


Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, menurut Komaruddin, tidak bisa terlalu mengharapkan pemerintah. Perlu ada kontribusi dan sektor swasta.


"Jangan terlalu harapkan pemerintah atau presiden. Sektor swasta harus kerja sama melalui pemberdayaan aset-aset yang dimiliki masyarakat," tuturnya.


(hds/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!