Muchus Budi R. - detikfinance
"Gedung BI Solo memiliki peran besar dalam perkembangan ekonomi di Indonesia. Di gedung ini juga dulu Perdana Menteri Sutan Sjahrir bersama kabinetnya pernah membahas revolusi politik di Surakarta yang sedang bergolak saat itu," kata Deputi Gubernur BI, Perry Warjiyo, di Solo, Senin (20/10/2014).
Peluncuran buku tersebut bersamaan dengan selesainya konservasi gedung BI Solo menjadi gedung warisan budaya atau heritage. Perry mengatakan saat ini sudah ada 12 gedung BI yang dikonservasi menjadi heritage. Diantaranya di Solo, Yogyakarta, Semarang, Bandung, Jakarta, Malang, Kediri, Medan, Padang, dan Aceh.
Beberapa di antaranya masih digunakan sebagai kantor. Sedangkan gedung yang tidak digunakan lagi sebagai kantor akan difungsikan sebagai museum. Gedung BI Solo yang semula merupakan kantor De Javasche Bank (DJB) itu saat ini juga telah dikosongkan karena semua aktivitas perkantoran telah dipindahkan ke gedung baru di sebelahnya.
"Selanjutnya gedung warisan ini akan dijadikan museum Bank Indonesia. Diharapkan pada triwulan kedua 2015 mendatang, museum Bank Indonesia Solo siap untuk dibuka. Di dalamnya akan dipamerkan perjalanan sejarah gedung tersebut, serta koleksi uang," lanjutnya.
Kepala Pusat Riset dan Edukasi Bank Sentral BI, Iskandar Simorangkir, mengatakan peluncuran buku 'Sejarah dan Heritage Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo' tersebut sebagai salah satu wujud kepedulian Bank Indonesia.
Buku tersebut mencatat kegiatan perekonomian di Surakarta pada masa itu yang mendorong Hindia Belanda mendirikan DJB Agentschap Soerakarta. Sebelumnya, pendirian kantor cabang DJB selalu berada di wilayah pesisir dan pelabuhan. Namun melihat perkembangan kegiatan ekonomi di Surakarta, lalu dibuka cabang di Solo sebagai cabang pertama kali di pedalaman.
(mbr/hds)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!