Salah satunya terlihat dari penguatan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) yang cukup signifikan. Nilai tukar rupiah meninggalkan level Rp 12.200 per dolar AS dan masuk di kisaran Rp 12.100 per dolar AS.
Saat pembukaan pasar hari ini, Selasa (18/11/2014), dolar diperdagangkan di posisi Rp 12.140. Melemah dibandingkan saat penutupan perdagangan kemarin yaitu Rp 12.205.
Penguatan nilai tukar rupiah sudah diperkirakan pelaku pasar. Misalnya Bahana Securities yang dalam risetnya memperkirakan rupiah bergerak di kisaran Rp 12.174-12.240 per dolar AS dengan kecenderungan menguat.
DBS, bank terbesar di ASEAN, juga menilai pelaku pasar mengapresiasi langkah pemerintah menaikkan harga BBM. Memang ada dampak negatif dalam jangka pendek seperti penurunan konsumsi. Namun dalam jangka menengah-panjang, kenaikan harga BBM akan lebih sehat bagi perekonomian.
"Akan ada reaksi temporer, terutama di harga makanan yang sensitif terhadap kenaikan harga BBM. Namun pada saat yang sama, kenaikan harga BBM mendorong penguatan rupiah," sebut riset DBS.
Rupiah, lanjut riset DBS, akan menguat seiring perkiraan membaiknya transaksi berjalan dan neraca perdagangan. Transaksi berjalan dan neraca perdagangan mengalami defisit karena impor BBM yang begitu besar akibat harganya yang murah.
"Perkiraan kami, transaksi berjalan akan membaik. Rupiah yang lebih stabil akan menutupi penurunan konsumsi," tulis riset tersebut.
Dengan nilai tukar rupiah yang stabil, maka dunia usaha akan lebih mudah dalam merencanakan dan menjalankan bisnis mereka. Ini merupakan situasi yang mendukung investasi di sektor riil.
"Jadi kami perkirakan pertumbuhan investasi pada 2015 akan membaik, yang bisa mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan," sebut riset DBS.
(hds/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
