Baru 21% Orang RI 'Melek' Keuangan, OJK Targetkan Tahun Depan Naik 2 Kali Lipat

Jakarta -Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah mengadakan survei seputar layanan keuangan terhadap sekitar 8.000 responden. Hasilnya belum begitu menggembirakan, karena tingkat pemahaman alias literasi masyarakat terhadap jasa keuangan masih rendah.

Anggota Dewan Komisioner OJK Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen Kusumaningtuti S Soetiono menuturkan, hanya 21,84% penduduk Indonesia tergolong well literate atau memiliki pengetahuan dan keyakinan tentang lembaga jasa keuangan. Sementara tingkat pemanfaatan produk dan jasa keuangan di Indonesia baru 59,74%


"Kita cari sebabnya ini mengapa. Padahal potensi kita sangat besar," tutur Titu, sapaan akrab Kusumaningtuti, di acara konferensi pers Pasar Keuangan Rakyat yang diselenggarakan OJK di Restoran Penang Bistro, Jakarta Selatan, Minggu (14/12/2014).


Titu mengatakan, penyebab utamanya adalah tingkat akses informasi kepada masyarakat yang minim mengenai layanan keuangan. "Penyebab‎nya selain pemahaman belum memadai, juga akses terhadap lembaga keuangan yang belum terjangkau bagi masyarakat," katanya.


Ketua Dewan Komisioner OJK Muliaman Hadad menuturkan persoalan utama literasi keuangan yang rendah adalah edukasi yang belum masif. "Edukasi masih rendah, apalagi untuk pasar modal," ujarnya.


Muliaman mengatakan, OJK terus berupaya meningkatkan pemahaman masyarakat terhadap jasa dan produk lembaga keuangan. Dia menargetkan, tahun depan literasi pasar keuangan bakal naik hingga 2 kali lipat.


"Secara bertahap sambil melakukan sosialisasi. Saya kira bisa kita targetkan 2 kali lipat," tegasnya.


Salah satu upaya yang bakal dilakukan adalah dengan program ‎layanan keuangan tanpa kantor seperti branchless banking. Nantinya layanan keuangan bakal dilakukan oleh agen-agen sehingga bisa menjangkau ke pelosok Tanah Air. Program ini bakal diluncurkan 18 Desember di Indramayu, Jawa Barat.


(zul/hds)