Didatangi Menperin, Pengusaha Baja Curhat Soal Perizinan Sampai Limbah

Jakarta -Menteri Perindustrian Saleh Husin menyambangi pabrik baja swasta terbesar di Indonesia, PT Gunung Steel Group, di Cikarang (Jawa Barat). Didatangi Saleh Husin, produsen baja tersebut mengeluhkan sulitnya industri baja untuk berkembang sekarang ini.

Direktur Marketing Gunung Steel Group Chairuddin menuturkan, salah satu kendala umum yang dihadapi adalah mengenai perizinan yang bertele-tele. Perusahaan ingin membangun pelabuhan sendiri untuk proses pengiriman dan pengantaran untuk bahan baku, namun terkendala perizinan.


"Tak mungkin kita terus melalui (pelabuhan) Tanjung Priok. ‎Kita ingin membangun pelabuhan khusus loading bahan baku seperti bijih besi dan batu bara," katanya di Pabrik Baja Gunung Steel Group, Cikarang, Jawa Barat, Kamis (26/2/2015).


Selain itu, dia juga mengeluhkan isu limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3) untuk komponen baja seperti slag dan mill scale. Padahal menurutnya, slag dan mill scale bukanlah limbah B3 seperti yang dinyatakan oleh Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan. Komponen tersebut bisa berguna untuk bahan baku pengerasan jalan.


"Kita soal B3 ini pusing. Kalau tidak ikut peraturan, salah. Kalau ikut, itu menjadi cost kita," katanya.


Selain itu, ‎yang paling memukul industri baja nasional ialah banjirnya baja-baja impor dari China. Dia mengatakan, China kelebihan pasokan di saat pembangunan di negara tersebut tengah menurun. Alhasil, Indonesia menjadi salah satu pasar paling potensial untuk baja-baja dari Negeri Tirai Bambu.


"Selain itu kendala bunga bank, biaya pelabuhan, listrik, harga gas, termasuk gaji (karyawan)," katanya.


(zul/hds)

Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com

Informasi pemasangan iklan

hubungi : sales[at]detik.com