Ekonom dari IPMI International Business School Jimmy M Rifai Gani yang juga Mantan Direktur Utama PT Sarinah menyebutkan, ada sekitar 5-8 pedagang beras berskala besar yang mampu mempengaruhi harga beras di dalam negeri.
"Jika pemain beras berskala besar ini berkolusi dan menahan distribusi beras ke masyarakat, otomatis pasar akan terpengaruh. Harganya bisa naik signifikan," kata Executive & CEO IPMI Jimmy Gani dalam keterangan tertulisnya, Selasa (24/2/2015).
Terkait para pemain besar bisnis beras, Menteri Perdagangan (Mendag) Rachmat Gobel sempat menuding ada mafia beras yang menyebabkan harga beras melonjak hingga 30% di Jakarta dan sekitarnya.
Harga beras di Pasar Induk Beras Cipinang sempat menyentuh Rp 12.000 per kilogram, padahal hitungan Kementerian Perdagangan dan Perum Bulog seharusnya dijual Rp 7.400 per kilogram, dari beras Operasi Pasar (OP). Melonjaknya harga ini diduga ada aksi spekulasi pedagang yang memanfaatkan kondisi pasokan beras yang terbatas jelang Panen Raya.
Jimmy berpendapat, meski harga beras naik signifikan, pemerintah belum perlu melakukan impor beras karena stok beras di Bulog cukup untuk menstabilkan harga di pasar. Apalagi, impor komoditas beras akan merugikan harga di tingkat petani dan memperlemah daya saing beras lokal.
Ia menambahkan bahwa beras yang diimpor hanya untuk keperluan tertentu dan jenis produknya tidak bisa dihasilkan di Tanah Air.
"Sarinah juga importir beras. Tapi beras yang diimpor Sarinah jenisnya khusus, seperti Japonica Rice asal Jepang untuk pasar terbatas. Beras ini berbeda dengan yang dikonsumsi masyarakat umum dan jenisnya tidak ada di Indonesia," ujar Lulusan Master of Public Administration, John F Kennedy School of Government Harvard University, Amerika Serikat ini.
(hen/hds)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com