Salah satu anggota Komisi VI Lili Asdjudiredja mempertanyakan pemerintah yang masih saja mengimpor gula, padahal program pemerintah salah satunya adalah swasembada gula.
"Kenapa bahwa pemerintah sekarang presiden khususnya bagaimana swasembada pangan. Khususnya swasembada yang dibidangi Kemendag, garam gula, yang distribusininya perlu sebaik-baiknya," tutur Lili saat rapat di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (3/2/2015).
Lili menilai ada permainan dalam bisnis gula ini. Di semua pengaku kepentingan yang bergerak di bisnis gula ini, Lili menilai perlu ada perbaikan.
"Kami menyampaikan kemarin ini adalah mafia, samurai. Di mana di situ ada yang namananya dewan gula, mendag, menperin, mentan, menteri BUMN. Tapi itu dewan gula lewat semua, pabrik gula BUMN rontok. Kalau kita lihat, mafianya ada di perindustrian, perdagangan, dan BUMN," papar Lili.
Senada dengan Lili, anggota Komisi VI yang lain, Abdul Wahid mempertanyakan soal kebutuhan gula mentah untuk industri gula rafinasi. Ia menjelaskan, Menteri Perdagangan M Lutfi menyebut realisasi impor gula mentah tahun lalu 4,6 juta ton, padahal sebelumnya disebutkan kebutuhan hanya 3,2 juta ton di 2014.
"Diketahui kalangan stakeholder gula itu 3,2 juta ton. Padahal kebutuhan 2,2 juta ton. Itu masih saya pertanyakan apakah ada? Saat itu di Yogya Pak Lutfi mengagetkan 3,2 juta ton. Yang benar itu 4,6 juta ton. Benar nggak ini?" tanya Wahid.Next
(zul/hen)
Redaksi: redaksi[at]detikfinance.com
Informasi pemasangan iklan
hubungi : sales[at]detik.com