"Pada saat petani lokal melaksanakan panen raya bawang merah pemerintah justru membuka lebar-lebar keran impor. Bawang merah, sehingga petani selalu merugi karena harganya jauh lebih mahal dari bawang merah impor. Nah giliran banyak petani yang nggak menanam bawang merah justru keran impor terhenti, sehingga masyarakat kelimpungan mendapatkan bawang merah. Sehingga pemerintah berperan banyak dalam hal kelangkaan dan melonjaknya bawang merah akhir-akhir ini," ucap Hadiyanto (46) pengepul bawang merah yang cukup ternama di Brebes, saat di temui detikFinance, Rabu (13/03/2013).
Hal yang sama juga dikemukakan oleh Ketua Himpunan Kelompok Tani Indonesia (HKTI) Kabupaten Brebes Masrukhin Bahcro. Ia menyatakan stok bawang merah di Brebes saat ini benar-benar kosong, hal ini berakibat langkanya komiditi bawang merah di pasaran hingga berakibat tingginya harga bawang merah. Namun demikian disaat harga bawang tingggi justru petani Brebes tidak bisa merasakan untung.
Menurut Masrukhin, kelangkaan bawang merah di pasaran yang berakibat pada meroketnya harga bawang merah sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah sendiri. Pemerintah belum melaksanakan regulasi impor yang dibuatnya.
"Di mana di saat panen raya tidak harusnya pemerintah tidak perlu melakukan impor, dan di saat tidak ada barang maka diperbolehkan. Nah dalam hal bawang merah, pemerintah tidak melakukan antisipasi hingga terjadi kekosongan yang berkepanjangan," tulis Masrukhin melalui pesan singkatnya kepada detikFinance.
Menurut Masrukhin, sebagai negara yang ingin berdikari, seharusnya pemerintah bisa mengkaji potensi wilayah yang berpotensi untuk dibudidayakan bawang merah saat daerah sentra bawang merah kosong pasokan.
(dnl/dnl)
