Neraca Perdagangan Defisit, Kemendag Tak Salahkan Lion Air Borong Airbus

Jakarta - Maskapai pesawat terbang Indonesia kembali dikejutkan oleh pembelian 234 pesawat Airbus A320 oleh maskapai Lion Air. Lalu apa tanggapan Kementerian Perdagangan?

Dirjen Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Bachrul Chairi mengatakan tidak mengkhawatirkan apabila nantinya cara ini akan berpengaruh pada neraca pembayaran.


"Semua pangsa pasar itu memerlukan armada yang kuat dan itu sebuah keharusan. Jadi apakah itu dipermasalahkan kalau ini merupakan injeksi untuk pertumbuhan ekonomi," ungkap Bachrul saat ditemui di Gedung DPR Jakarta, Rabu (20/3/2013).


Ia menambahkan, dampak defisit neraca pembayaran tidak bisa dijadikan patokan. Karena menurutnya pesawat terbang adalah barang modal yang memberikan efek berantai yang luar biasa.


"Defisit neraca pembayaran kita tidak bisa itu dijadikan patokan. Ini pesawat kan masuk barang modal dampaknya multiplier effect luar biasa. Jadi harus disikapi masalah ini," imbuhnya.


Ia pun menegaskan bahwa impor pesawat bukan menjadi satu-satunya alasan neraca pembayaran defisit. Namun sebaliknya ia percaya bahwa kedatangan ratusan pesawat Lion Air akan membuka rute baru.


"Pesawai ini datang kan sesuai order tetapi percaya bangsa yang besar itu harus membuka jalan dan rute yang baru. Kemungkinan neraca pembayaran defisit itu bukan hanya impor pesawat saja," cetusnya.


Seperti diketahui, Lion sudah melakukan penandatanganan pemesanan pesawat yang diwakili oleh pendiri dan Chief Executive Officer (CEO) Lion Air, Rusdi Kirana, serta Presiden dan CEO Airbus, Fabrice Bregier di Prancis. Nilai pembelian pesawat itu ditaksir mencapai US$ 24 miliar.


(wij/ang)