Bos Bulog Curhat Soal Lamanya Dapat Izin Impor Daging

Jakarta - Izin impor 3.000 ton daging sapi yang diminta Bulog lama keluarnya. Akhirnya impor daging yang harusnya terjadi sebelum puasa untuk menekan harga, terlambat masuknya.

Direktur Perum Bulog Sutarto Alimoeso sempat mengeluh soal lamanya izin impor yang dikeluarkan kementerian teknis. Ia tidak banyak berkomentar dan tidak berani menyalahkan kementerian teknis itu.


"Bulog ini BUMN yang ditugasi pemerintah. Kalau kita tidak tahu ya dikasih tahu, kita akan ikuti. Persoalannya dilihat saja. Saya tidak mau menyalahkan orang, saya selalu merespons bila ada keputusan. Pemerintah menilai hal-hal hambatan. Kalau Bulog dijadikan ujicoba alhamdulillah," ujar Sutarto saat ditemui di Kantor Menko Perekonomian, Jalan Lapangan Banteng, Jakarta, Rabu (17/7/2013).


Sutarto menambahkan, penting bagi pemerintah untuk membedakan importir dan penugasan sebagai importir.


"Penting juga membedakan importir biasa dan penugasan. Penugasan itu crash program. Hal yang kecil bisa diselesaikan bukan mengistimewakan. Hal administrasi dan kecil bisa diselesaikan sambil berjalan," imbuhnya.


"Ini crash program, itu pasti ada risiko. Sekarang kepentingan masyarakat banyak, negara kalau dalam kondisi masyarakat banyak harus didahulukan dan bukan pakai uang negara. Ini bisnis, tetapi Bulog tidak ambil untung banyak. Mana yang ingin dahulukan masyarakat, perusahaan atau Bulog. Kan masyarakat. Pemerintah sepakat ini dipercepat kedatangannya," katanya.


Sejak awal, Bulog sudah menyatakan kesiapan untuk mendapatkan tugas baru menstabilkan harga daging walaupun dengan keterbatasan infrastruktur/fasilitas.


"Infrastruktur bisa pinjam, kita sudah siap. Karena terakhir kita ikuti alurnya. Kalau kita membangun cold storage itu menambah biaya kan. Kalau tidak dipakai itu rugi. Kalau sewa masih menguntungkan karena 3.000 ton. Cold storage-nya di daerah Ciputat, kapasitas besar dan cukup modern dan saya kira memenuhi syarat. Secara total kita lebih murah daripada kita membangun," jelas Sutarto.


(wij/dnl)