UKM Indonesia Bejibun, Tapi Minim Ekspor

Jakarta - Industri dan Usaha Kecil dan Menengah (UKM) di Indonesia saat ini memang mulai menggeliat dan jumlahnya terbilang cukup banyak. Namun, dari jumlah tersebut masih sangat sedikit yang mampu masuk pasar ekspor karena dinilai kurang kompetitif.

Dirjen Industri Kecil dan Menengah (IKM) Kementerian Perindustrian Euis Saedah menyebutkan, hingga saat ini jumlah IKM di Indonesia sudah mencapai 4 juta IKM. Dari angka tersebut, 40% merupakan IKM makanan, 30% IKM kerajinan, sementara sisanya dibagi-bagi ke dalam IKM komponen otomotif, minyak essential, fashion, teknologi informasi, aksesoris, pupuk, dan lain-lain.


“Dari total IKM yang ada, hanya di bawah 5% yang bisa menembus pasar ekspor. Potensi ekspor dari 4 juta, mungkin paling banyak 25 ribu unit IKM,” ujar Euis kepada detikFinance, di Jakarta, Senin (23/9/2013).


Dia menjelaskan, faktor utama kendala sulitnya IKM dalam negeri untuk mampu menembus pasar ekspor adalah harga yang tidak kompetitif. Menut Euis, secara kualitas produk-produk IKM dalam negeri memang jauh lebih baik kualitasnya, namun secara harga tidak kompetitif karena tidak ada insentif dari pemerintah berupa modal. Artinya, dalam hal IKM Indonesia masih kalah dibanding Thailand dan Vietnam.


“Memang tidak sederhana, peluang besar untuk bisa masuk ekspor sulit. Negara yang kompetitif Thailand dan Vietnam, kualitas bagus dan harga murah. Kalau kita memang kualitas dan desain kita bagus walaupun harga kurang berdaya saing karena biaya distribusi mahal, transportasi, energi dan tenaga kerja. Thailand dan Vietnam mereka banyak subsidi dari pemerintah langsung modal, kita bisa subsidi tapi di peralatan saja dan itu tidak sepenuhnya. Kita untuk subsidi modal sulit karena masih susah bunganya tinggi,’ paparnya.


Selain itu, kesiapan IKM dalam negeri yang belum mampu memenuhi tingginya permintaan pasar ekspor menjadikan alasan sulitnya produk dalam negeri menembus pasar ekspor. Tak hanya itu, konsistensi kualitas produk sering dikeluhkan konsumen terhadap produk-poduk dalam negeri.


“Ini tidak semudah yang dibayangkan, IKM kadang-kadang kalau ada pasar yang banyak mereka nggak bisa memenuhi. Kedua, keluhan ekspor kualitas tidak konsisten. Konsistensi kualitas itu harus jadi kalau pasar percaya harus dipertahankan,” kata Euis.


(drk/ang)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!