Hal tersebut terlihat dari defisit neraca perdagangan yang memburuk sejak tahun 2012. Di mana impor yang masih tinggi, sementara ekspor menurun. Dampak terburuknya, defisit transaksi berjalan yang mengalami tekanan berat.
"Hal ini membuat APBN tertekan dari penerimaan dan belanja. Tanpa langkah khusus, kondisi ekonomi berpotensi memburuk," ungkap Plt Dirjen Perbendaharaan Budiharso Wibowo dalam acara sosialisasi perekonomian dan fiskal terkini di The Royal Surakarta Heritage, Solo, Kamis (14/11/2013)
Di samping itu pertumbuhan ekonomi diproyeksi pada kisaran 5,7% hingga akhir tahun atau lebih rendah dibanding tahun lalu yang sebesar 6,2%. Inflasi diupayakan berada di bawah 9,2%. Ini juga merupakan akibat dari kenaikan harga barang yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir.
"Mudah-mudahan tidak melewati angka tersebut dan perkiraan kita masih berada di sekitar 8%," sebutnya.
Nilai tukar rupiah (NTR) diperkirakan berada pada rata-rata 10.400/US$. Padahal dalam APBN Perubahan 2013 rupiah dipatok sebesar 9600/US$. Realisasi hingga akhir Oktober, rata-rata NTR sebesar 10.100/US$.
"Jadi rata-rata hingga akhir tahun itu rupiah berkisar pada 10.400/US$, meskipun sekarang sudah mencapai di atas 11.000/US$," ujar Budiharso.Next
(mkl/dru)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
