KEN: Booming Harga Komoditas Sudah Berakhir

Jakarta -Momentum tingginya harga komoditas unggulan Indonesia di pasar internasional telah berakhir. Harga komoditas seperti batu bara dan kelapa sawit (CPO) terus menurun karena melemahnya permintaan.

"Harga komoditas primer akan tetap moderat dan turun sedikit. Boom komoditas berakhir. Puncak harga komoditas dan kita menikmati luar biasa sudah berakhir," kata Wakil Ketua Komite Ekonomi Nasional (KEN) Raden Pardede pada acara BCA, Indonesia Knowledge Forum II-2013 di Pacific Place Jakarta, Rabu (4/12/2013).


Raden menjelaskan permintaan komoditas asal Indonesia terbesar datang dari India dan China. Kedua negara tersebut, saat ini mengalami pertumbuhan ekonomi yang turun. Hal ini selanjutnya mempengaruhi permintaan dan harga komoditas RI.


"China stabil tapi arah ekonomi nggak ke double digit. Pertumbuhan 8 % sudah sulit. India kekuatan pemintaan domestik akan diuji. India persoalannya sama seperti Indonesia. Banyak persoalan politik. Arah tumbuhnya 4%, 3%, 4%. Demand komiditas kita sangat besar dari 2 negara ini," jelasnya.


Pada kesempatan itu Raden menjelaskan tentang defisit neraca perdagangan. Kondisi ini dipicu tingginya impor Indonesia dan melemahnya ekspor Indonesia. Sebagian besar ekspor berasal dari komoditas, sehingga kondisi tersebut memicu naiknya defisit dan tekanan terhadap kurs rupiah.


"Neraca berjalan, dibandingkan dengan current account defisit tinggi. Mengalami tekanan currency tinggi. Negara India, Indonesia mengalami tekanan currency yang tinggi. Bahkan lebih tinggi dari Turki dan Brasil," sebutnya.


Selain harga komoditas serta tekanan terhadap mata uang dan defisit neraca perdagangan, Indonesia bakal menghadapi rencana penghentian stimulus dari Bank Sentral Amerika Serikat, The Fed. Ini memicu sentimen negatif terhadap keluarnya aliran modal dari negara berkembang seperti Indonesia.


"Tapering policy. Ini paling dikhawatirkan. Kapan? Apa dampaknya? Tapi bahkan belum diambil kebijakannya. Gubernur Bank Sentral Amerika sebutkan kapan? Nanti. Pasar sudah panik. The Fed belum naik suku bunga. Bunga sudah naik," terangnya.


(feb/hen)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!