"Luas permukaan yang ditutup oleh pusat perbelanjaan. Masih kurang Indonesia itu masih kurang kita. Jumlah berapa banyak penduduk, ada berapa meter pusat belanja. Ada datanya kita," kata Wakli Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Ritel Indonesia (Aprindo) Tutum Rahanta kepada detikFinance, Senin (20/1/2014).
Jauh sebelumnya Ketua Asosiasi Pengelola Pusat Belanja Indonesia (APPBI) Stefanus Ridwan mengatakan rasio penduduk dengan mal 1:50.000 penduduk pun masih memungkinkan dibangun mal baru di Indonesia.
"Sekarang di luar negeri Singapura pusat belanja lebih banyak dari Indonesia," katanya.
Menurut Tutum di Jakarta saja yang merupakan kota metropolitan, yang jumlah malnya lebih banyak daripada kota-kota lain di Indonesia masih dianggap kurang.
"Jadi kebutuhannya itu beriringan dengan pendapatan per kapita kita," katanya.
Pernyataan Tutum tersebut menegaskan bahwa pembangunan mal bukan salah satu faktor utama pemicu banjir karena dianggap menggerus daerah resapan air.
"Sekarang di luar negeri Singapura pusat belanja lebih banyak dari Indonesia. Tapi penduduknya tidak sembarang bikin rumah, rumah di sana vertikal. Kalau Singapura itu modern," tutupnya.
(zul/hen)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
