Risiko Tinggi, Hedging Rupiah Mirip Seperti Judi

Jakarta -Gejolak rupiah terhadap dolar Amerika Serikat membuat banyak perusahaan termasuk BUMN melakukan hedging atau lindung nilai. Jika rupiah terpuruk justru membuat perusahaan justru untung. Tapi hal ini tinggi risiko dan berbiaya mahal.

"Rupiah masih belum stabil, membuat banyak perusahaan melakukan hedging, tapi ini tidak murah dan tinggi risiko, mirip seperti judi," kata Direktur Utama PT Krakatau Steel Irvan Kamal ditemui di Kantor Kementerian Perindustrian, Kamis (23/1/2014).


Irvan mengungkapkan, hedging akan merugikan jika rupiah justru mengalami penguatan terhadap dolar Amerika Serikat. Namun jika rupiah melemah bahkan terpuruk maka perusahaan yang melakukan hedging akan untung.


"Jadi hedging itu kalau rupiah menguat justru rugi, tapi kalau rupiah melemah bisa menguntungkan ya hampir mirip seperti itu lah (judi)," ujar Irvan.


Irvan menambahkan, apalagi biaya untuk melakukan hedging tersebut tidaklah murah.


"Misalnya untuk hedging selama 2 bulan, biayanya Rp 140 per US$ 1, jadi jika rupiahnya menguat uang jaminan atau perlindungannya hilang," ucapnya.


Untuk itu para pengusaha lebih menginginkan rupiah tetap stabil jangan sampai terus dalam posisi Rp 12.000 per dolar, apalagi mencapai Rp 13.000 per dolar.


"Kita inginnya rupiah itu stabil, kalau bisa di bawah Rp 12.000 per dolar, upaya dilakukan pemerintah sudah terlihat, sekarangkan rupiah mulai menguat, kita tidak ingin rupiah sampai Rp 13.000 per dolar, kalau itu terjadi permintaan barang menurun terutama impor, contoh orang yang mau beli laptop 3 tahun ini hanya beli 1 atau 2," tutupnya.


(rrd/dru)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!