Kalah Jaringan, Daging Impor Bulog Masih Tersisa 200 Ton

Jakarta -Sampai saat ini, dari 3.000 ton daging impor yang didatangkan Perum Bulog, masih ada sisa 200 ton. Bulog kesulitan menjual sisa daging tersebut karena kalah jaringan dari penjual daging lain.

"Kita sedang membangun jaringan pasar karena ada 200 ton itu, dari 3.000 ton. Jaringan pasar yang lama itu sudah ada termasuk untuk horeka (hotel, restoran, dan katering). Sebagian sudah diedarkan, tetapi mereka sudah punya jaringan yang sudah kuat," ungkap Direktur Utama Perum Bulog Sutarto Alimoeso usai rapat koordinasi pangan di Gudang Bulog, Kelapa Gading, Jakarta Utara, Rabu (22/01/2014).


Padahal Bulog menjual daging sapi beku dengan harga yang jauh lebih murah dengan rata-rata harga daging sapi di pasar tradisional. Bulog melepas harga daging kualitas standar Rp 75.000/kg, atau lebih murah daripada harga daging sapi segar di pasar tradisional Rp 90.000-95.000/kg.


Untuk menggenjot penjualan daging sapi beku, Bulog tetap menggunakan cara lama mulai dari operasi pasar hingga dijual melalui Bulog Mart.


"Sistem penjualan kita tetap akan dengan jaringan pasar kita, baik itu melalui horeka, pasar tradisional oke dan Bulog Mart. Suatu saat kita operasi pasar kita lakukan untuk operasi pasar. Kita rata-rata harganya Rp 70.000-75.000/kg harusnya lebih murah," imbuhnya.


Selain masalah jaringan pasar, faktor yang menyulitkan Bulog menjual daging sapi beku adalah terbiasanya masyarakat untuk mengkonsumsi daging sapi segar. Padahal dari sisi kualitas dan tingkat kehalalan tidak ada bedanya antara daging sapi beku dan segar.


"Tetapi semua masyarakat kita diperkenalkan daging beku. Nah begitu beku kan lain imagenya. Padahal kalau dibilang higienis ya pasti higienis. Dari Australianya saya pernah melihat mulai dari penyembelihan dan pengulitan dilakukan dengan bersih. Standar halal karena disembelih," jelasnya.


(wij/dnl)

Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!