"Obligasi sudah ajukan perizinan. Waktunya masih pantau kondisi pasar tahun ini, jumlahnya bisa sampai Rp 3 triliun, bisa dibagi beberapa tahap. Ini untuk diversifikasi sumber pendanaan," kata President Direktur OCBC NISP Parwati Surjaudaja saat ditemui di Gedung OCBC NISP, Jakarta, Senin (7/4/2014).
Saat ini, Parwati menyebutkan, total modal perseroan mencapai Rp 12,8 triliun dan dana cadangan (secondary reserve) berada di angka Rp 17,7 triliun.
"Likuiditas 92% per Desember sudah optimal, ingin likuiditas berlebih sehingga rasio jadi 84%, ada secondary reserve 24% sekitar Rp 17,7 triliun, memang bayarnya kemahalan, tapi kami tetap butuh likuditas. Modal jadi Rp 12,8 triliun," terang dia.
Parwati menambahkan, di kuartal pertama tahun ini, pertumbuhan bisnis perseroan terbilang masih melambat. Hal ini karena kondisi ekonomi Indonesia saat ini belum sepenuhnya kondusif.
Namun, pihaknya optimis jika tahun 2014, pertumbuhan bisnis perseroan baik kredit, laba, Dana Pihak Ketiga (DPK) akan bertumbuh di kisaran angka 15-20%.
"Q1 harus diakui, kredit dan dana relatif masih lambat. Cek lapangan alon-alon asal kelakon, responnya masih menunggu hasil pemilu. Belum sesuai dengan keinginan kami. Harapan April sudah kondusif. 2014 cukup optimis, dengan segala hasil pemilu. Pertumbuhan 15-20%, optimis berakhir dengan baik," pungkasnya.
(drk/ang)
Berita ini juga dapat dibaca melalui m.detik.com dan aplikasi detikcom untuk BlackBerry, Android, iOS & Windows Phone. Install sekarang!
